Rae Sita Supit meninggal dunia Rabu sore pukul 15.10 WIB di rumahnya, di Appartement Regata, Pluit, Jakarta Utara. Ia meninggal akibat penyakit kanker ovarium yang sudah lama dideritanya. Tahun lalu ia bahkan sempat menjalani 54 kali kemoterapi di Singapura, hingga akhirnya dokter di sana angkat tangan. Lalu ia pun kembali ke tanah air meneruskan pengobatannya di sini. Dalam kondisi begitu pun ia tetap beraktivitas, termasuk melaksanakan tugasnya sebagai anggota Lembaga Sensor Film ( LSF). Menurut catatan, Rae termasuk anggota terlama di LSF. Terakhir ia muncul di sana pada 12 Maret mengikuti rapat pemilihan Ketua LSF yang baru yang dijabat kini oleh aktor kawakan Anwar Fuady.
Sebelum wafat Rae sempat dirawat sebulan di RS Dharmais. Seminggu lalu, ia sudah merasa fit dan minta pulang ke rumah. Menurut cerita sahabatnya, Rina Hassim, juga aktris senior, anak mendiang sudah menyiapkan acara untuk memperingati ulang tahun ke-70 Rae Sita yang jatuh pada tanggal 1 Juni mendatang. Rae Sita secara khusus minta pada Rina Hassim agar mengontak kawan-kawan lamanya, yang diistilahkan sendiri oleh Rae dengan kata artis- artis legend, seperti Widyawati, Rima Melati, Camelia Malik, Nani Wijaya, Marini, dan beberapa lagi.
"Kemarin sore saya masih kontak teman, dan dari teman itulah saya dapat kabar mengejutkan, Rae sudah tiada," kisah Rina. Seluruh artis legendaris itu semalam berkumpul tetapi bukan meniup lilin untuk sahabatnya, melainkan untuk menyatakan berbelasungkawa.
Rae Sita sesungguhnya memang artis legendaris. Perempuan cantik dan ramah kelahiran Brisbane, Australia, 1 Juni 1945 ini telah membintangi puluhan film layar lebar dan sinetron sejak tahun 70-an. Namanya melambung ketika membintangi film "Cintaku Di Kampus Biru" (1976) yang diangkat dari novel Ashadi Siregar.
Dalam film yang disutradarai Ami Priyono itu, ia berperan sebagai dosen killer yang akhirnya jatuh hati pada mahasiswanya, yang diperankan oleh Roy Marten. Film 'Cintaku Di Kampus Biru' menjadi box office masa itu. Dalam sejarah film Indonesia, "Cintaku di Kampus Biru" adalah film penting karena berhasil mempengaruhi selera masyarakat penonton yang sempat diracuni film bertema seks diawal tahun 70-an.
Sejak itu, Rae Sita kebanjiran tawaran bermain film layar lebar. Pernah dalam setahun, ia sedikitnya membintangi sebelas judul film. Sebuah prestasi yang sulit dicari tandingannya pada masa itu. Pada tahun 1977, misalnya, ia bermain dalam film 'Laki-Laki Dalam Pelukan', 'Petualang Cilik', 'Terminal Cinta', 'Jakarta Jakarta', 'Direkteris Muda', 'Guna Guna Istri Muda', 'Pengalaman Pertama', 'Layu Sebelum Berkembang', 'Gaun Hitam', 'Rahasia Seorang Ibu', dan 'Christina.'
Pada awal tahun 80 Rae Sita mulai mengurangi aktivitas di dunia film. Dalam kurum waktu lima tahun hingga tahun 1985 ia hanya membintangi tiga judul film : "Ratapan Anak Tiri" (1980), "Kartini" (1983) "Krikil Tajam" (1984), "Kontraktor" (1984) dan "Pondok Cinta" (1985).
Saya mengenal mendiang puluhan tahun. Ia termasuk artis yang ramah, dekat dengan banyak wartawan. Ia juga gudang ilmu, diskusi bidang apapun amat menyenangkan, budaya, militer, dan juga politik. Rae istirahat dari dunia film bukan karena tak lagi laku, melainksn kesulitan membagi waktu. Sanpai awal tahun 1990-an waktunya tersita hampir habis sebagai Public Rekations di Pasar Raya dan Hotel Sahid Jaya. Setelah pensiun dari pekerjaan itu, ia kembali ke dunia film dan sinetron.
Rae memang termasuk di antara artis yang tetap eksis di hari tua. Orang tentu masih ingat ketika dia tampil sebagai penasehat perkawinan dalam acara reality show RCTI yang tayang pada tahun 2009-2010. Acara yang dipandu Helmy Yahya dan Dian Nitami tercatat sebagai acara yang mendapat rating tinggi.
Mama Rae--- begitu panggilan akrabnya -- telah tiada. Selamat jalan. Semoga jiwamu tentram di sampingNya. Amin.
*) Ilham Bintang, wartawan senior dan pemerhati film (Adhie Ichsan/Adhie Ichsan)