'Mad Max: Fury Road' (IMAX 3D): Liar, Brutal dan Menggelegar

'Mad Max: Fury Road' (IMAX 3D): Liar, Brutal dan Menggelegar

- detikHot
Sabtu, 16 Mei 2015 15:42 WIB
Jakarta - George Miller adalah salah satu jenis pembuat film yang masuk kategori edan. Di umurnya yang ke-70, Miller merilis satu lagi film dari serial Mad Max-nya yang tidak hanya terlihat fantastis, namun sanggup membuat semua sutradara film action muda lainnya gigit jari. Mad Max: Fury Road adalah sebuah binatang buas yang siap menghantam musim pannas ini. Dan tidak ada satu pun yang bisa mencegahnya.

Max yang dulunya diperankan oleh Mel Gibson sekarang digantikan oleh aktor Inggris berbakat, Tom Hardy. Dan, seperti Max di trilogi sebelumnya, kita diundang ke sebuah masa depan yang tidak menyenangkan. Bumi terlihat begitu gersang. Hampir tidak ada tanaman hidup. Manusia-manusia yang putus asa ini berubah menjadi makhluk-makhluk primitif yang tidak memiliki norma. Max adalah manusia yang hanya mempunyai misi untuk bertahan sampai esok hari.

Misi itu sangatlah tidak mudah. Apalagi setelah Max ditangkap dan dijadikan tawanan. Kemudian ada Furiousa (Charlize Theron) yang memiliki agenda sendiri selain menuruti si pemimpin kawanan, Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne). Dua orang ini akhirnya bertemu dan menjadi kawan untuk bertahan hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara kasat mata, Mad Max: Fury Road terlihat seperti film-film blockbuster musim panas lain yang mengedepankan adegan action. Memang benar. George Miller membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun untuk mempersembahkan film ini. Saking visualnya Miller, dia membuat terlebih dahulu ribuan storyboard sebelum akhirnya dia mengajak Doug Mitchell dan P. J. Voeten untuk menulis skripnya. Fakta ini membuat Mad Max: Fury Road terdengar seperti film action yang hampa. Padahal, film ini justru memiliki muatan yang lebih spesial daripada itu.

Dibandingkan dengan film-film sejenis, Mad Max: Fury Road menawarkan refleksi kemanusiaan yang cukup mendalam. Pengenalan karakter baru bernama Furiousa tidak hanya berhasil membuat aksinya dengan Max menjadi sensasional namun juga membuat film ini menjadi lebih bermakna diantara semua ledakan yang ada.

Jika Max adalah jenis manusia yang tidak mempunyai motivasi yang lebih dari sekedar bertahan hidup, Furiosa memilih untuk percaya bahwa akan ada kehidupan yang lebih baik. Ditambah dengan perbedaan gender diantara keduanya, duo Max dan Furiousa ini membuat Mad Max: Fury Road jauh lebih berkelas terhadap film-film sejenis. Dan duo Hardy-Theron membuat hubungan kedua karakter ini terasa nyata. Tom Hardy begitu piawai untuk memperlihatkan sekilas kepahitan jiwanya akibat masa lalunya di tengah-tengah adegan perang. Sementara itu, Theron yang tidak hanya seimbang secara fisik dalam adegan action, berhasil menyumbangkan kelembutannya meskipun fisiknya begitu hardcore.

Poin berikutnya yang membuat Mad Max: Fury Road begitu menggelegar adalah adegan actionnya. Furious 7 bisa saja menampilkan adegan action yang keren, tapi Mad Max: Fury Road menawarkan adegan kejar-kejaran mobil yang tidak hanya intens dan panjang namun juga terasa jauh lebih realistis. Memang tidak ada mobil keluar dari helikopter dalam sequence tersebut tapi Miller membalasnya dengan adegan-adegan yang tidak ada hentinya. Malah bisa dibilang, Mad Max: Fury Road adalah sebuah adegan-adegan kejar-kejaran panjang yang akhirnya membuat narasi.

Visual Mad Max: Fury Road juga merupakan salah satu yang paling memorable sejauh 2015 ini. Sinematografer John Seale mempersembahkan sebuah visual post-apocalyptic yang begitu melenakan. Terutama jika Anda melihatnya di IMAX. Begitu Miller memperlihatkan wide shot, Anda akan bisa menyaksikan kemegahan sekaligus horor Mad Max: Fury Road. Kontras antara warna kuning kemudian beralih ke biru akan membuat Anda menganga. Sementara itu Junkie XL membantu memompa adrenalin dengan alunan musiknya yang akan membuat Anda seperti ikut partisipasi dengan Furiosa dan Max.

Anda tidak harus menonton tiga film Mad Max sebelumnya untuk menikmati perjuangan kemanusiaan ini. Miller tidak hanya berhasil membuat sebuah film yang membuat orang bernostalgia dengan karakter gila ini namun juga membuat penonton baru akan menemukan idola yang klasik. Mad Max: Fury Road tidak hanya mengesankan namun juga sebuah film action yang kita butuhkan saat ini: sederhana namun begitu kompleks dan terutama, luar biasa menghibur.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads