Penyair dan aktivis yang hilang dalam huru-hara Reformasi 1998, Wiji Thukul, hingga kini tak ketahuan rimbanya. Apakah dia sudah meninggal dunia, ataukah berada di mana? Kisah mengenai hilangnya sang penyair kerakyatan tersebut akan segera diangkat ke layar lebar.
Pernyataan resmi perihal pembuatan film Wiji Thukul tersebut diumumkan di Solo akhir pekan lalu di tengah gelaran ASEAN Literary Festival (ALF) 2015 yang tengah roadshow di kampus. Sebelumnya, Wiji Thukul telah menerima ALF Literary Award pada gelaran ALF pertama 2014.
Hadir dalam pengumuman tersebut sutradara yang akan mengerjakan film Wiji Thukul, Yosef Anggie Noen, dan produser Okky Madasari dari Yayasan Muara, penyelenggara ALF. Turut hadir pula keluarga Wiji Thukul yang diwakili dua putranya, Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami ingin menyebarluaskan semangat Wiji Thukul pada publik, khususnya generasi muda,” ujar peraih Khatulistiwa Literary Award 2012 lewat novel 'Maryam' tersebut di Balai Soedjatmoko, Solo.
“Pusat cerita adalah sosok dan riwayat Wiji Thukul, lebih dari itu kita akan cerita tentang zaman,” tambah Anggi Noen yang sebelumnya dikenal lewat film 'Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya'. Karya terbatu Anggi adalah film pendek berjudul 'Kisah Cinta yang Asu'.
Mewakili pihak keluarga, Fitri Nganthi Wani menyambut gembira pembuatan film yang mengangkat sosok ayahnya tersebut. Ia pun mengungkapkan harapannya.
"Kami pihak keluarga menyambut positif adanya pembuatan film Wiji Thukul, harapannya film ini akan makin membuka mata publik akan sosok bapak dan karya-karyanya,” ujar Fitri.
(mmu/mmu)