Perbincangan Terakhir Bersama Alex Komang

Perbincangan Terakhir Bersama Alex Komang

- detikHot
Sabtu, 14 Feb 2015 01:59 WIB
Perbincangan Terakhir Bersama Alex Komang
Jakarta -

Sepekan sebelum dipanggil ke hadapan Yang Maha Kuasa pada usia 53 tahun, Alex Komang masih mengikuti perkembangan industri film Indonesia. Bahkan dengan suaranya yang terdengar parau, masih ada kekuatan dan semangat besar untuk memberikan kontribusi.

Ketika 'Skandal Berlinale' mencuat pekan lalu, detikHOT sempat berbincang singkat dengan Alex Komang yang menjabat Ketua Badan Perfilman Indonesia periode 2014-2015. Saat itu, Alex mengaku tengah berada di Jepara. Suaranya terdengar sayup-sayup dan lemah, namun ia tidak menceritakan mengenai kondisi kesehatannya.

"Tentunya harus ada perbaikan kebijakan dan pembenahan," kata Alex saat disinggung mengenai 'Skandal Berlinale'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika membicarakan topik tersebut, bintang film '9 Summer 10 Autumns' itu seolah ingin berbicara banyak hal dengan semangat. Namun suaranya begitu parau. Menyadari kondisi Alex yang saat itu sepertinya sedang kurang sehat, detikHOT kemudian menyudahi perbincangan.

Menurut anggota BPI Robby Ertanto, orang-orang terdekat Alex memang tidak ingin mengekspos penyakit sang aktor. Bahkan Alex sendiri awalnya tak tahu penyakit yang tengah diderita. Ia melakukan perawatan sejak akhir Desember lalu, dan didiagnosa menderita kanker hati.

"Sekitar Januari akhirnya kita menyarankan keluarga untuk memberitahu (Alex) penyakitnya," kata Robby yang dihubungi detikHOT, Jumat (13/2) malam.

Selama berjuang di BPI, Robby mengenang Alex sebagai pribadi yang tulus, jujur dan tak ambisius mengejar posisi. Robby juga mengaku sempat berkomunikasi dengan Alex dua hari yang lalu. Saat itu ia menanyakan kondisi kesehatan sang aktor, sambil ngobrol mengenai film Indonesia, serta seputar Berlinale yang masih ramai diperbincangkan.

"Gagasan yang diingat dari beliau, dia selalu bilang film Indonesia jangan diberikan kepada oknum-oknum yang merusak film Indonesia. Pesan dia yang paling saya ingat adalah maju terus, jangan takut," kata Robby dengan suara yang sedikit bergetar.

Semangat Alex demi memajukan film Indonesia bak api yang terus membara. Banyak tentunya insan film yang masih ingat komentar Alex yang lugas dalam mengkritisi pemerintah ketika menjadi pembicara dalam diskusi Indonesia Filmmakers Gathering di Epicentrum Kuningan, Jakarta, Jumat (14/11/2014) silam.

Dalam kesempatan itu, Alex Komang dengan lugas mengatakan kekecewaannya. Sebagai bagian yang bernaung di industri perfilman, dirinya merasa tidak memperoleh dukungan dari pemerintah sesuai dengan Undang-undang.

​"BPI lahir tanpa dorongan yang penuh dari pembuat Undang-Undang (UU), BPI itu sesungguhnya amanat UU. Hanya saja mungkin dalam hal ini, ketika berhadapan dengan pemerintah kita, agak kurang konsekuen," bintang 'Gunung Emas Almayer' itu.

"​Saat para pekerja industri film sedang menghadapi perkembangan, sedangkan pemerintah adalah ‘tonggak’ untuk mengangkat industri ini semakin naik ke atas. Jika kreativitas sudah terbentuk, maka dengan adanya fasilitas dan dukungan tidak memungkiri perfilman Indonesia mampu bersaing di ajang bergengsi internasional," sambung Alex lagi.

Saat itu menurut Alex, pemerintah memberikan anggaran sejumlah Rp 6 miliar untuk BPI melanjutkan program-programnya tahun depan. ​Sesuai amanat di dalam UU 33 No 2009, program BPI di tahun 2015 setidaknya mencakup delapan poin, yakni menyelenggarakan festival film di dalam negeri, mengikuti festival di luar negeri, menyelenggarakan pekan film di luar negeri, mempromosikan Indonesia sebagai lokasi pembuatan film asing, memberikan masukan untuk kemajuan perfilman, melakukan penelitian dan pengembangan perfilman, memberikan penghargaan, dan memfasilitasi pendanaan pembuatan film tertentu yang bermutu tinggi.

“Perfilman itu adalah kebudayaan dan sekiranya harus dipelihara oleh negara,” tutup Alex kala itu.

BPI dibentuk pada Januari 2014 lalu dengan tujuan dapat mengakomodir sekaligus menjadi perpanjangan tangan pemerintah kepada para pelaku industri seni peran. Namun ironisnya, BPI justru tidak dilibatkan dalam kebijakan promosi film Indonesia melalui pasar film di luar negeri, sampai kemudian mencuat 'Skandal Berlinale'.

Sebelum jabatannya dicopot, Direktur Pengembangan Industri Perfilman Kementerian Pariwisata Armein Firmansyah mengatakan kepada detikHOT pekan lalu bahwa pihaknya memang memiliki komunikasi yang kurang baik dengan BPI. Bahkan saat itu Armein mengaku prihatin karena BPI belum mendapatkan dana untuk menjalankan program-programnya.

Semoga harapan-harapan Alex Komang dan insan film Indonesia akan pembenahan dalam kebijakan dan dukungan untuk industri film nasional segera terwujud. Selamat jalan, Alex!

(ich/ich)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads