'Supernova', Filosofi Cinta Segitiga di Galaksi Bima Sakti

'Supernova', Filosofi Cinta Segitiga di Galaksi Bima Sakti

- detikHot
Minggu, 07 Des 2014 12:21 WIB
Supernova, Filosofi Cinta Segitiga di Galaksi Bima Sakti
Jakarta -

Diangkat dari sebuah novel 'Best Seller' milik penulis kawakan Dewi 'Dee' Lestari, 'Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh' menjelma menjadi sebuah film yang kompleks. Gambar-gambar adaptasi dan juga animasi memberikan suguhan yang membuat kening penonton mengernyit.

Semuanya bermula saat Reuben (Arifin Putra) dan Dimas (Hamish Daud) bertemu di sebuah pesta di Washington D.C, Amerika Serikat. Kedua mahasiswa Indonesia itu--Reuben jurusan Kedokteran di John Hopkins Medical School dan Dimas jurusan Sastra Inggris di University George Washington-- kemudian berjanji untuk membuat sebuah karya tulis.

Ikrar itu terwujud 10 tahun kemudian, Reuben dan Dimas yang kini menjadi sepasang kekasih itu mencoba mencampurkan tulisan roman, fiksi dan ilmu pengetahuan. Sebuah tulisan yang menggerakkan hati banyak orang bukan hanya karena maknanya, tapi juga elemen di dalamnya dapat dilihat dalam wujud nyata di dunia dan disentuh langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari kamar mereka berdua, ide itu kemudian terhubung ke luar, di mana karakter Ksatria yang mereka gambarkan muncul pada Ferre (Herjunot Ali). Pengusaha muda, kaya, terkenal, romantis dan segala tetek bengek pujian lainnya. Kariernya yang sukses tidak berjalan mulus dengan hatinya yang hampa tanpa cinta.

Di situlah Reuben dan Dimas memasukkan karakter berikutnya, Puteri. Karakter itu muncul dalam tubuh perempuan cantik bernama Rana (Raline Shah), Wakil Pemred majalah ternama, pintar, tidak bahagia dan sudah menikah. Pertemuan Ferre dan Rana dimulai ketika Rana melakukan wawancara untuk kepentingan majalahnya.

Sejak saat itu, mereka berdua berhubungan diam-diam, berlibur dan menghabiskan malam di sebuah hotel bersama. Rana merasa Ferre mencintainya dengan sungguh-sungguh, walaupun tidak sempurna. Mereka yang mabuk cinta membuat turbulensi dan kekacuan.

Pernikahan Rana dengan Arwin (Fedi Nuril) perlahan berantakan. Tidak ada lagi raut wajah bahagia saat makan malam, bahkan seringkali keduanya berpisah ketika Rana menggunakan alasan peliputan untuk perselingkuhan.

Reuben dan Dimas belum puas, masih harus ada satu karakter lagi bernama Bintang Jatuh yang muncul. Dia bukan manusia sia-sia seperti Ferre, Rana dan Arwin. Bintang Jatuh memilih tubuh perempuan paling cantik di bumi bernama Diva, seorang supermodel, sekaligus escort (pelacur kelas atas).

Diva mengamati orang-orang yang jatuh cinta di sekelilingnya, termasuk Ferre dan Rana. Kadang, memberi pencerahan filosofis lewat 'dagangan' mahal yang dia jual setiap ada pesanan.

Cinta segita itu kemudian muncul, berfilosofi, bukan untuk melihat benar dan salah. Tapi untuk diamati dan dinikmati. Bagaimana akhirnya? Jika meledak apakah sebesar Supernova?

Itulah gambaran singkat kerumitan yang terjadi di 'Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh' garapan sutradara Rizal Mantovani. Lagi-lagi Rizal membuat terobosan dengan film drama yang lain daripada yang lain.

Tidak hanya cerita, sinematografi yang disajikan juga sedap dipandang mata. Banyak tempat-tempat indah diperlihatkan di film berduari 2 jam itu. Termasuk penggabungan unsur animasi di dalamnya.

Dijadwalkan, 'Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh' tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 11 Desember mendatang.

(kmb/kmb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads