Tahun ini Joshua kembali dengan 'The Look of Silence' yang menggebrak di Festival Film Venesia di Italia, awal September. Film ini meraih Penghargaan Utama (Grand Jury Prize), dan 4 piala lainnya. Salah satunya sebagai film dokumenter pertama yang memenangkan Mouse d'Oro (Penghargaan Kritikus Online) sebagai film terbaik. Sebagai film yang digolongkan dalam tema hak azasi manusia (HAM), 'The Look of Silence' juga memenangkan Human Rights Nights Award.
Masih satu napas dengan 'The Act of Killing', kali ini Joshua membalikkan perspektif dari pelaku pembantaian ke (keluarga) korban. Bila pada 'The Act of Killing' ditampilkan sosok Anwar Kongo sebagai "tokoh utama", yang bersama kawan-kawannya memperagakan kembali cara dia membantai orang-orang yang dituduh PKI pasca peristiwa G30S, maka pada 'The Look of Silence' penonton dipertemukan dengan Adi Rukun. Siapa dia?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama halnya dengan 'The Act of Killing', kali ini lagi-lagi Joshua menyebut filmnya sebagai puisi. Setidaknya, ia berharap begitu. "Saya harap film ini menjadi sebuah puisi tentang kesenyapan yang lahir dari teror, sebuah puisi tentang pentingnya memecah kesenyapan itu, termasuk trauma yang datang ketika kesenyapan itu dipecahkan," tutur Joshua.
Sebagian dari adegan dalam film ini direkam pada 2003 dan sebagian lagi pada 2011. Film ini sebenarnya dibuat lebih dulu dari 'The Act of Killing' tapi kemudian justru meluncur belakangan.
Ketika hendak menghadiri Festival Film Venesia untuk menerima penghargaan, Joshua tertahan di bandara Chicago akibat badai pada Sabtu (6/9) pukul 7.30 malam waktu Italia. Ia pun memberikan sambutan dari jarak jauh.
"Penghargaan ini mudah-mudahan juga merupakan dukungan bagi upaya-upaya di Indonesia untuk menyelesaikan kasus pelanggarah HAM di masa lalu termasuk Tragedi 1965 dan komitmen untuk menghapus semua bentuk impunitas, sebagaimana dijanjikan oleh Presiden terpilih Joko Widodo semasa kampanye yang baru lalu," ujar sutradara berusia 41 tahun itu dalam sambutan tersebut.
'The Look of Silence' merupakan produksi 5 negara, yaitu Denmark, Indonesia, Norwegia, Finlandia, dan Inggris. Dalam pernyataan pers yang dirilis menyusul kemenangan di Italia disebutkan bahwa film ini merupakan karya sutradara Joshua Oppenheimer asal Amerika Serikat dan ko-sutradara Anonim asal Indonesia. Sebagian kru yang berasal dari Indonesia pun tak disebutkan namanya atas pertimbangan tertentu.
Dalam pemutaran terbatas di Jakarta, Senin (8/9) salah seorang kru anomin mengatakan, "Officialy ini film Indonesia. Judul Indonesianya nanti Senyap." Film ini akan premier di Indonesia, November dan akan didistribusikan lewat pemutaran-pemutaran lingkup komunitas mulai 10 Desember.
(mmu/mmu)











































