"Sebenarnya ini bukan hal baru, tapi kita buat drama dalam sebuah film," kata Lola tentang film ketiga yang diproduksinya lewat bendera Lola Amaria Productions itu.
Kegelisahan yang dirasakan Lola timbul lewat berita-berita miring yang ia dengar dan lihat selama lima tahun terakhir. Ide muncul dari mulai membuka mata hingga kembali ke tempat tidur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juli 2013, Lola mengontak penulis dan pemerhati kebudayaan Indra Tranggono untuk menyusun skenario. Butuh proses panjang hingga akhirnya plot yang disusun tak hanya dekat dengan realita, tetapi bisa bergulir dengan drama yang tak membosankan.
Ketika ditawari ide cerita 'Negeri tanpa Telinga' oleh Lola, Indra cukup tersentak ketika mengetahui bahwa ada peran tukang pijit yang cukup besar dalam cerita. Ide yang menurutnya unik dan tak lazim itu kemudian diperkaya hingga menjadi sinopsis dan memunculkan karakter-karakter lain.
"Sampai oke hingga 7 draft itu tak gampang, butuh perjalanan panjang dan revisi. Ini pengalaman baru untuk saya," ucap Indra.
Dikisahkan, seorang tukang pijat yang banyak mendengar kisah-kisah dari pelanggannya, terancam jiwanya hingga ingin menulikan telinga. Seorang ketua umum partai politik yang berambisi jadi presiden, harus berakhir di meja hakim. Seorang anggota partai dan pelobi ulung terpaksa melawan arus karena merasa dikhianati, dan seorang pembawa berita yang disia-siakan membalas sakit hatinya.
Dalam sekejap kekuasaan merenggut ketenangan hidup masing-masing dan mengubahnya menjadi cerita yang penuh ancaman. "Telinga di sini adalah konotatif bukan denotatif. Telinga batin. Saya membayangkan jika penyelenggara negara tidak memiliki telinga batin tajam, akan terjerumus. Spirit film ini bagaimana mengkritisi ketika politik dan kekuasaan kehilangan telinga batinnya," kata Indra.
"Film adalah alamat kebudayaan sebuah bangsa. Ketika demokrasi kita sangat liberal dan transaksional maka dia akan kehilangan moral. Kita harap 10 sampai 20 tahun ke depan, film ini jadi saksi atau arsip kebudayaan negara pada zamannya. Di sinilah pentingnya film sebagai teks politik, sosial, kebudayaan," lanjut pria yang baru memulai debutnya sebagai penulis skenario film itu.
'Negeri Tanpa Telinga' dibintangi Ray Sahetapy, Tanta Ginting, Lukman Sardi, Jenny Zhang, Kelly Tandiono, Gary Iskak, hingga Eko Supriyanto. Film ini akan tayang di bioskop mulai 14 Agustus mendatang.
(ich/mmu)