Mengenal Lebih Dekat Cecep Arief Rahman, Pembunuh di 'The Raid 2: Berandal'

Spotlight

Mengenal Lebih Dekat Cecep Arief Rahman, Pembunuh di 'The Raid 2: Berandal'

- detikHot
Jumat, 11 Apr 2014 15:02 WIB
Jakarta - 'The Raid 2: Berandal' kedatangan karakter baru yang menjadi lawan berat Iko Uwais. Dia adalah seniman Silat Panglipur Cecep Arief Rahman. Bagi Anda yang tertarik dengan karakter The Assassin, yuk kenal lebih dekat dengan pemerannya!

Tampil di film arahan sutradara Gareth Evans dan menjadi salah satu tokoh penting adalah pengalaman baru bagi Cecep. Selain sibuk dengan kegiatan silat, kegiatan Cecep sehari-hari mengajar.

"Mengajar sudah dari 2001 tapi lebih ke silat karena background saya silat. Mengajar di madrasah, mengajar di sekolah hingga kemudian 2003 menjadi guru bantu," ucap Cecep dengan logat Sunda yang kental saat berbincang dengan detikHOT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menjadi guru bantu selama lima tahun, Cecep kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Saat itu, ia tak hanya mengajar silat saja. "Pernah pegang kelas, tapi karena suka ada kegiatan, sama sekolah dikondisikan jadi guru mata pelajaran selama 3-4 hari, sisanya administrasi dan perpustakaan," terang guru SDN 3 Tegal Panjang, Sucina Raja, Garut itu.

Saat ditanya tanggapan pihak sekolah soal keterlibatan dirinya di film 'The Raid 2: Berandal', Cecep punya cerita lucu.

"Banyak teman-teman guru sudah lihat trailer-nya, tapi mereka tidak kira itu saya. Saya pun orangnya tidak pernah ngomongin diri sendiri. Setelah dikabarin temen guru lain, baru pada percaya. Kadang kalau di layar, orang kecil bisa terlihat lebih besar," kata Cecep seraya tertawa.

Cecep bersyukur karena selalu diberi dukungan apabila ada kegiatan lain di luar mengajar. Apalagi, jika itu mengangkat silat ke pentas internasional. Sejak pertengahan tahun 2000, Cecep rutin mengikuti festival bela diri di Prancis. Dalam ajang yang bernama Bersi Festival itu, semua disiplin ilmu bela diri dari seluruh dunia diundang.

"Kita pernah masuk sampai tiga besar dengan Shaolin (Kung Fu0 dan Tae Kwon Do). Kita tidak tahu siapa yang pertama karena di Bersi itu tidak ada urutan 1, 2, dan 3, yang penting 3 besar," lanjutnya.

Namun keterlibatan Indonesia membawa silat di pentas tersebut hanya sampai tahun 2008. Saat pergantian kepengurusan, kata Cecep, pengambil kebijakan mungkin merasa tidak perlu lagi berpromosi lewat eksebisi.

"Sekarang promosinya sudah bisa lewat media seperi ini (film) atau internet, itu sudah cukup mewakili," ujarnya.

Saat mengikuti Bersi Festival pada 2006 dan 2008, Cecep pernah diminta tinggal selama tiga bulan di Prancis. Ia berkeliling di kota-kota besar di sana untuk melatih silat di perguruan-perguruan bela diri.

Cecep bersyukur nama silat ikut terangkat setelah film 'The Raid' mendunia. Menurutnya, film adalah media yang sangat efektif untuk berpromosi sehingga makin banyak orang yang tertarik dengan silat.

"Karena kalau sengaja kita mau mengangkat silat itu, pertama biaya. Untuk promosi dengan film lebih cepat. Kalau kita datang ke sana eksebisi, mereka belum tentu mau, maksudnya harus melewati proses dulu, merasakan secara langsung seperti apa silat itu. Tapi dengan film hanya sekali tayang saja orang langsung tertarik," ujarnya.

"Kalau di luar negeri sudah banyak yang tertarik (dengan silat) sebelum film (The Raid), justru di lokal malah kurang. Mudah-mudahan dengan adanya film The Raid ini ada kebanggaan lagi terhadap silat dan banyak yang mau belajar lagi," harapnya.

(ich/mmu)

Hide Ads