'G.I. Joe: Retaliation': Aksi-aksi Penghancuran yang (Masih) Menghibur

'G.I. Joe: Retaliation': Aksi-aksi Penghancuran yang (Masih) Menghibur

- detikHot
Senin, 01 Apr 2013 16:49 WIB
Jakarta - Melanjutkan film pertamanya yang penuh dengan caci-maki kritik tapi berhasil mendapatkan banyak penonton atas adegan aksinya yang seperti dikoreografi oleh Paula Abdul, tahun ini sekuel pertama seri 'G.I. Joe' dirilis. Setelah kegemparan di film pertama, Duke (Channing Tatum) kini memimpin para G.I. Joe dan bersiap, seperti sebelumnya, menghajar para penjahat di luar sana.

Yang menjadi masalah (dan para anggota G.I. Joe tidak tahu ini) adalah kenyataan bahwa presiden mereka (Jonathan Price) disekap dan salah satu anggota Cobra bernama Zartan (Arnold Vosloo) menyamar menjadi dirinya. Tentu saja keinginan terbesar anggota Cobra adalah penguasaan dunia dan untuk itulah sang presiden menghancurkan sisa-sisa G.I. Joe sampai mereka hancur berantakan.

Duke tewas dalam aksi itu. Dan, Snake Eyes (Ray Park) dituduh menjadi biang keladi atas semua yang terjadi. Tangan keadilan sekarang berada pada tiga orang yaitu Roadblock (Dwayne Johnson/The Rock), Flint (D J. Cotrona) dan Lady Jaye (Adrianne Palicki). Mereka bertiga tidak akan tinggal diam sampai kebenaran ditegakkan. Untuk itulah sekarang mereka mendatangi General Joseph Colton (Bruce Willis) guna mendapatkan bantuannya. Bersama-sama, mereka menyiapkan gadget dan bersiap untuk bertempur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa hal yang dilakukan pertama kali oleh Rhett Reese dan Paul Wernick sebagai penulis skenario ketika mereka ditawari untuk menggarap sekuel pertama 'G.I. Joe' ini? Mereka menghilangkan semua karakter yang menarik di awal film, dan mengganti semua pemerannya dengan para aktor yang sama sekali baru. Sienna Miller, Rachel Nichols bahkan Joseph Gordon-Levitt sama sekali tak dilibatkan lagi.

Channing Tatum yang dianggap menyelamatkan film pertamanya pun dimatikan karakternya kurang dari 15 menit setelah film berjalan. Pilihan yang bisa dibilang berani, kalau tidak mau disebut absurd. Kemudian mereka menggantinya dengan The Rock dan Bruce Willis sebagai pahlawan berikutnya. Keduanya memang memiliki kharisma yang tinggi sebagai bintang film action. Sayangnya, karakter mereka terlalu hitam-putih sehingga tidak ada satu pun momen yang berkesan melihat mereka berdua menghajar para anggota Cobra dengan bergaya.

Sementara itu D.J. Cotrona sebagai Flint tampil sama kakunya dengan tank yang dikendarai The Rock. Adrianne Palicki sedikit lebih baik. Itu pun karena dia khusus tampil sebagai bumbu pemanis di sebuah film yang isinya cowok semua ini.

Cerita yang tidak hanya membingungkan (tiba-tiba ada sekuen pelatihan para ninja di Tokyo yang dipimpin oleh RZA) dan dialog yang sangat menggelikan memenuhi layar selama kurang lebih dua jam. Tapi, memang bukan itu yang dicari para penggemar G. I. Joe. John Chu, sutradara film ini yang sebelumnya dikenal antara lain lewat 'Step Up' (3D), tahu benar bagaimana cara membuat film ini enak ditonton.

'G.I. Joe': Retaliation' dipenuhi dengan adegan aksi yang hiperbolik, stylish dan menggelegar. Salah satunya adalah adegan penghancuran kota London atau sekuens penculikan Storm Shadow (Lee Byung-hun) yang dilakukan di puncak gunung es. Jangan lupa babak ketiga yang penuh dengan adegan penghancuran. Semua itu diiringi dengan scoring dari Henry Jackman yang sangat memompa adrenalin.

Film ini adalah film aksi menghibur bagi Anda yang masih bisa menikmati aksi The Rock membunuhi para penjahat ketika dia mengendarai tank-nya. Film ini memberikan banyak sekali adegan spektakuler yang Anda harapkan dari sebuah film blockbuster. Tapi, percayalah, Anda akan lupa dengan semua cerita dan adegan-adegan itu begitu end credits muncul dan lampu teater dinyalakan. Karena memang itulah tujuan utama film ini.

Candra Aditya pecinta film, kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads