Langkah mereka berakhir di sebuah lapangan yang terletak di belakang rumah-rumah susun. Malam itu, Sammaria --yang bersama Sally Anom Sari meraih Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2009 untuk naskah skenario 'Cin(T)a'-- kembali punya gawe. Dia akan meluncurkan film barunya, 'Demi Ucok' lewat sebuah pergelaran layar tancap.
Dengan gaya khasnya yang riang dan penuh senyum, Sammaria menjelaskan, "Saya memang sudah lama pengen bikin layar tancap. Bosan dengan premiere film yang begitu-begitu saja. Pengennya nonton bareng saja sama teman-teman dekat dan masyarakat."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka, inilah suasananya: karpet merah yang dibentangkan di "pintu masuk" basah oleh hujan yang mengguyur sejak sore. Begitu pun dengan gelaran tikar di depan layar. Namun, para penonton tetap semangat, menyaksikan film sambil menyantap kudapan yang tersedia, langsung dari penjualnya, dari siomay, bakso, bubur ayam hingga bandrek dan bajigur.
Suasana kebersamaan dan kegembiraan sangat terasa, dan itu memberikan secercah optimisme di tengah berbagai persoalan yang membelenggu perfilman Indonesia. Selain melakukan pemutaran perdana lewat layar tancap di tengah kampung, tim 'Demi Ucok' juga mengundang masyarakat untuk ikut menjadi co-produser. Caranya, dengan menyumbang Rp 100 ribu, dengan imbalan suvenir dan namanya akan tertulis di poster film.
"Kita masih perlu dana sekitar satu miliar untuk mentransfer film kita dari digital ke 35 mili agar bisa tayang di bioskop. Kami berharap bisa menjaring 10 ribu co-produser. Jika semua berjalan sesuatu harapan, maka kira-kira April Demi Ucok bisa dinikmati di bioskop," terang Sammaria. Demi film Indonesia, mari bahu-membahu!
(mmu/mmu)