Oleh-oleh dari Sundance Film Festival 2011

Oleh-oleh dari Sundance Film Festival 2011

- detikHot
Selasa, 08 Mar 2011 13:54 WIB
Jakarta - Sundance Fim Festival 2011 yang berlangsung di Park City, Salt Lake City, Ogden dan Sundance, Utah pada 20 - 30 Januari lalu memutar 118 film-panjang dari 29 negara. Kontributor film detikhot Ekky Imanjaya berkesempatan menyaksikan langsung sejumlah film yang diputar. Berikut ulasannya.

'Circumstance': Perlawanan Keras Imigran Iran


Film Iran yang satu ini tidak sama dengan tipikal film-film Iran lainnya. Sang sutradara, Maryam Keshavarz, seorang wanita muda keturunan Iran yang lahir dan besar di New York,   memperlakukan film sebagai medium perlawanan terhadap pemerintah Iran, sehingga representasi penguasa begitu buruknya. Mungkin inilah film Iran pasca Revolusi 1979 yang begitu vulgar menjungkirbalikkan nilai-nilai yang dijaga ketat di Negeri Sejuta Mullah itu.

Adegan-adegan pesta kaum hedonis bawah tanah—lengkap dengan baju seksi dan minuman keras— didramatisir di sini. Konflik pun dipertajam. Alkisah, Atafeh adalah seorang pelajar yang punya hubungan khusus dengan sepupu wanitanya, Shireen. Sedangkan abangnya, Mehran, yang baru keluar dari rehabilitasi narkoba makin lama semakin menjadi fundamentalis dan akhirnya menjadi polisi moral resmi bentukan pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi moral itu tugasnya mengawasi, dan membubarkan acara-acara yang dianggap amoral, kalau perlu dengan kekerasan. Mehran juga memasang kamera di mana-mana untuk tujuan "dinas". Di sisi lain, kebebasan yang dibela berpuncak pada adegan telanjang dan hubungan seks sesama jenis yang gamblang, bahkan lebih dasyat dari adegan lesbianisme di 'Black Swan'.

"Saya harus membuat film ini, menyuarakan banyak anak muda yang tertindas,” ungkap sang sutradara, seusai pemutaran malam itu. "Dan, karena temanya sensitif maka film sebagian besar dibuat di Libanon, dan pemainnya harus punya dua paspor,” imbuhnya. Film ini dibiayai oleh Sundance Film Festival 2011, dan meraih Audience Award for US Dramatic di ajang tersebut.

'Corman's World: Exploits of a Hollywood Rebel': Bukan Sekadar  Seorang Raja Film B

Roger Corman adalah sosok yang bisa dicintai atau, sebaliknya, dibenci. Ia adalah sosok besar di dunia sinema eksploitasi berbiaya rendah, dan berkualitas kelas B, sesuatu yang kalau tidak dijauhi, ya digemari.  Sutradara 56 film dan produser 395 film itu memulainya dengan “Five Guns West (1955). Lantas, apa pentingnya film dokumenter yang diputar tengah malam di Sundance Film Festival 2011 ini?

Pertama, tentu saja bagi pencinta film cult, Roger Corman itu semacam "nabi" dan panutan yang punya banyak "pengikut" yang ingin menghayati biografinya.  Malam itu, penonton, sebagian besar penggemar yang tumbuh dengan film-film Corman, tergelak dan larut dalam cuplikan-cuplikan film karyanya, khususnya yang bersubgenre monster dan yang berdarah-darah. Tetapi ada yang lebih dari itu.

Corman dianggap banyak orang sebagai "bapak film Independen" karena kegigihannya membuat film—bandingkan dengan istilah "indie" di masa kini yang lebih terkesan film seni atau film festival. Dan, ia adalah mentor dari banyak sineas. Murid terdekatnya adalah Jack Nicholson. Tokoh lain yang kariernya dilancarkan olehnya adalah Peter Fonda, Dennis Hopper, Francis Ford Coppola, Jonathan Demme, Joe Dante dan James Cameron.

Film ini juga dihiasi dengan wawancara tokoh penting semacam Martin Scorsese,  Ron Howard,David Carradine, Paul WS Anderson, Eli Roth dan Robert Deniro.  Dan, ternyata jasa pembuat 'Monster from the Ocean Floor' dan versi asli 'The Fast and the Furious' tersebut tidak hanya itu. Dialah, lewat New World,  otak di balik distribusi film-film kelas dunia karya  Ingmar Bergman, Akira Kurosawa, Federico Fellini, dan François Truffaut.

Yang orang sering lupa, pada 1962, Corman dengan keras kepala, karena tak peduli dengan hitung-hitungan dagang, membuat film idealis 'The Intruder'. Mungkin ini salah satu film pelopor yang mengangkat isu integrasi ras dan hak-hak sipil minoritas di selatan Amerika Serikat. Film itu mengangkat nama William Shatner dan meraih penghargaan di Festival Film Venice, namun menjadi film pertamanya yang gagal di pasaran.

Karena itulah, ia berpendapat bahwa film bermutu adalah "kekecewaan terbesar dalam karierku".   Mungkin, penonton lebih mengenalnya sebagai sosok pembuat film grindhouse semacam 'Piranha', 'The Pit and the Pendulum', 'Grand Theft Auto', dan 'Rock N' Roll High School'—yang menjadi penutup film ini.

Ya, dialah Roger Corman, yang sempat kewalahan berjuang melawan popularitas 'Jaws' dan 'Star Wars', mendapatkan Piala Oscar untuk Pencapaian Seumur Hidup, dan dipuja generasi Tarantino.  Dan, ia masih berkarya, antara lain 'Sharktopus', 'Dinoshark',  dan yang sedang digarap 'Piranhaconda'. Dari judulnya, bisa kita tebak seperti apa filmnya.
(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads