Festival Film Indonesia ini baru pertama kalinya diselenggarakan di kota ini. Selain Laskar Pelangi, publik Wina juga bisa menyaksikan langsung deretan film terlaris Indonesia seperti Gie, Eliana Eliana dan 3 Hari Untuk Selamanya. "Laskar Pelangi dipilih sebagai film pembuka karena pesan yang sangat kuat dan inspiratif dalam menyajikan potret realita dunia pendidikan di Indonesia," ungkap Gardina, Ketua Penyelenggara Festival Film ini.
Sekitar 200 pengunjung memadati gedung sinema Top Kino-Rahlgasse di bilangan elit Mariahilfer pusat kota Wina, Jumat (22/5/2009) malam lalu. Bahkan karena keterbatasan tempat, pengunjung terpaksa harus berdesak desakan dan rela duduk di lantai bioskop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penonton pun tak mensia-siakan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi langsung tentang keistimewaan film Laskar Pelangi ini. Beberapa mengaku sangat terbuka matanya melihat begitu berbedanya wajah dunia pendidikan di Indonesia dan di Austria. Bahkan ada seorang penonton yang mengaku sebagai guru sekolah dasar di Austria bermaksud ingin memutar film ini untuk menguggah semangat belajar anak didiknya.
Adapula yang bertanya, kenapa jalan hidup Lintang, sang tokoh jenius dalam film tersebut harus berakhir tragis. Riri Riza pun menjawab bahwa ini adalah drama terpenting dalam cerita Laskar Pelangi ini, dimana seorang anak yang demikian cerdas dan berbakat, terpaksa harus menguburkan seluruh potensinya karena himpitan keadaan dan keterbatasan. “Cerita naskah sekuel film ini sedang dipersiapkan dan mudah-mudahan kita bisa menyaksikan kelanjutan cerita Laskar Pelangi tidak lama lagi”, ujar Riri yang disambut tepuk tangan riuh hadirin.
Riri Riza dan rombongan akan melanjutkan perjalanan road show pemutaran filmnya di Beograd, Serbia dan Hamburg, Jerman.
(fjr/fjr)











































