Karena citra yang dibangunnya itu, ia kerap kali harus berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kehati-hatian itulah yang akhirnya membuatnya merasa lelah dan terlalu banyak berpikir.
Tak ingin larut dalam perasaan-perasaan yang membelenggunya, ia pun kini mulai memberanikan diri untuk mempertunjukan dirinya apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun membuka diri pada teman-temannya yang juga mengalami hal serupa dengannya. Hingga akhirnya ia menyadari tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Semakin lama, Sheryl semakin belajar bahwa tidak apa-apa merasa sedih sesekali waktu, yang paling penting baginya kini adalah bagaimana ia bisa menerima dirinya sendiri.
"Itu yang membuat aku sedikit percaya diri untuk menunjukkan vulnerability aku dan it's fine, well I'm not perfect," ungkapnya.
"Ini adalah sesuatu yang kita memang harus sabar menunggu, ada banyak hal yang tidak sempurna di dunia ini dan kita hanya harus menerimanya dan penerimaan itu proses. Karena banyak banget ekspektasi orang lain yang aku coba realisasikan yang ternyata aku nggak suka," sambungnya.
Setelah merelakan hal-hal yang mengganggunya dan melakukan penerimaan diri, Sheryl pun mengaku dirinya kini lebih bahagia.
"People are learning to understand, and I started to enjoy, ketika ternyata sekeliling aku pun merasakan hal yang sama. And I'm happier now," akunya. (srs/nkn)