Voice of Baceprot, 3 Hijaber di Tengah Pusaran Metal

Main Stage

Voice of Baceprot, 3 Hijaber di Tengah Pusaran Metal

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Rabu, 18 Jul 2018 13:36 WIB
Voice of Baceprot Foto: Asep Syaifullah
Jakarta - Tak berlebihan bila Voice of Baceprot (VOB) disebut sebagai band yang istimewa. Pasalnya ada serangkaian konstruksi sosial yang didobrak oleh band metal asal Garut tersebut.

Yang pertama, bagaimana perempuan berhijab kerap ditempelkan pada stigma sebagai perempuan 'baik-baik' yang jauh dari perlawanan. Yang kedua, bagaimana musik metal kerap diangkap sebagai musik untuk laki-laki dengan lirik yang penuh pemberontakan.

Dua hal tersebut seakan dibongkar oleh kehadiran Voice of Baceprot. Trio yang terdiri dari Firda Kurnia (vokalis), Eusi Siti Aisyah (drummer) dan Widi Rahmawati (bassist) tersebut membuktikan bahwa anggapan dan stigma tersebut tidak selamanya benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiganya berhijab, masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), namun membawakan musik metal dengan lirik-lirik yang berisikan kritik sosial dalam lagu-lagu mereka.

Voice of BaceprotVoice of Baceprot Foto: Asep Syaifullah
Voice of Baceprot terbentuk pada 2014 saat ketiganya masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs/setara SMP). Adalah Cep Ersa Ekasusila Satia atau Abah yang membentuk 'menemukan' dan membentuk mereka.

"VOB itu terbentuk di tahun 2014, jadi awalnya kami itu satu organisasi di teater dan di sana ketemu sama seorang guru, beliau adalah guru konseling sekaligus guru teater namanya Abah Ersa. Di situ kami sekaligus bikin drama musikal, tapi kami malah jatuh cinta sama musiknya," kisah Firda saat bertandang ke kantor detikHOT di Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan baru-baru ini. .

"Baceprot itu dari bahasa Sunda artinya bawel atau berisik," sambungnya.




Saat pertama kali dibentuk, mereka beranggotakan 7 orang. Sayangnya, sejumlah teman mereka saat itu tidak mendapatkan izin dari orangtua. Jadilah mereka bermusik bertiga.


Menurut para personel, mereka pun tak langsung memperoleh izin dari orangtua. Tapi melewati waktu yang panjang dan sejumlah pembuktian, akhirnya keluarga pun kini mendukung.

"Awalnya nggak (diberikan izin), cuma ketika kami sekarang sering tampil di televisi nasional dan banyak dikenal orang, akhirnya orang tua mulai kasih izin," ujar Firda.

"Sebenernya sih kami nggak banyak bela diri, dengan meyakinkan lewat omongan, kami lebih memilih meyakinkannya dengan prestasi, dengan menang di berbagai kompetisi band, dan juga dikenal orang di dalam maupun di luar negeri," tambahnya.

Setelah memutuskan untuk bermusik bertiga, dengan cepat mereka pun mencuri perhatian. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di penjuru dunia. Karier mereka tidak selalu berjalan mulus begitu saja, ketiganya mengakui, diskriminasi kerap mereka rasakan di awal kemunculan mereka.

"Awalnya (kami) banyak diremehin orang. Jadi setiap perform, awal-awal pas belum dikenal orang, kan banyak laki-laki, yang seumur kami dan yang lebih dewasa juga banyak. Jadi setiap ke sana (manggung atau ikut festival) suka diledekin, 'Mau kemana nih, mau kosidahan?' Karena lihat penampilan kami yang masih hijab dan masih kecil-kecil. Tapi liat perform kami, justru yang ngeledikin itu, yang pertama minta foto biasanya," kenang Firda.

Voice of BaceprotVoice of Baceprot Foto: Asep Syaifullah

Kenali Lebih Dekat 'VOB', Band Metal Berhijab dari Garut, tonton video selengkapnya di 20Detik
[Gambas:Video 20detik]

Kini publik menganggap ketiganya sebagai trio hijaber metal yang mampu mendobrak stigma mengenai hijaber dan musik metal di masyarakat. Ditanyai mengenai hal tersebut, ada penerimaan dan penolakan kepada anggapan tersebut.

Di satu sisi, mereka merasa bangga karena mampu membuktikan bahwa perempuan muslim dan berhijab tidak harus selalu menaati pakem-pakem tertentu yang di buat di masyarakat. Tapi di sisi lain, mereka kadang jengah dan ingin para pendengarnya melihat mereka lewat musik yang mereka bawakan, bukan dari apa yang mereka kenakan dan siapa mereka.

"Kami tuh dari awal terbentuk, dari awal bermusik itu murni memang ingin bermusik saja. Nggak berniat pengen kaya orang-orang menganggap gitu. Tapi ke sini-sini sih anggapan orang memang seperti itu. Nah kami ada rasa bangga juga bisa mewakili suara-suara muslimah, tapi di balik itu, kami lebih suka dinilai secara musikal, daripada secara penampilan," urai Firda.

"Sempat agak kesal juga. Kami kan ingin jadi musisi profesional gitu, tapi kenapa orang-orang selalu memandang kami tuh secara hijabnya gitu, band metal yang berhijab. Sedangkan kami tuh lebih seneng secara musikal, secara musik kami. Tapi karena itu mungkin juga satu hal yang sudah melekat sama kita, jadi mau nggak mau ya itu tanggung jawab berat juga buat kami," tuturnya lagi. (srs/dar)

Hide Ads