Pada 2013 lalu, sebuah festival musik bernama '280 Festival' digelar di Lapangan D, Senayan, Jakarta. Ada banyak musisi, dalam dan luar negeri, termasuk satu nama pendatang baru.
Nama itu adalah Neonomora. Dan di '280 Festival' itulah detikHOT pertama kali bertemu dengan mereka. Tampil di atas panggung, Neonomora terlihat seperti band, ada vokalis, gitaris, bassis, drummer, keyboard sampai penyanyi latar. Musiknya terdengar unik, ada nuansa folk dan rock yang digabung menjadi satu.
Sekilas saat itu terlintas bahwa Neonomora identik dengan band asal Inggris. Florence and the Machine. Sayangnya, setelah itu 'grup' itu hilang dari pandangan detikHOT. Hingga tiga tahun kemudian, detikHOT bisa bertemu lagi secara langsung dengan Neonomora yang ternyata merupakan proyek musik satu orang, perempuan bernama Ratih Suryahutamy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelaskan lebih lanjut, Neonomora awalnya merupakan proyek musik yang dibangun Ra bersama adik laki-lakinya, Bam Mastro (Elephant Kind) sejak 2012. Tinggal di banyak negara, terutama Australia, membuat perempuan kelahiran 1988 itu ingin menuangkan hasrat bermusiknya dengan genre sendiri.
"Neonomora adalah alter ego gue dalam bermusik. Karakter yang bukan bagian dari strereotipe penyanyi perempuan di Indonesia. Tiga tahun yang lalu, gue dan adik gue, Bam memulai proyek ini. Ada unsur tradisional, ada elektroniknya, lebih bebas sih. Karena gini, buat apa untuk gue membatasi kreativitas padahal nggak ada yang ngatur," jelas Ra lagi sambil menyeruput minuman di atas meja.
Sebuah single berjudul 'You Want My Love' dirilis secara gratis sebagai perkenalan pada 2012, dan hasilnya sangat positif. 4,000 orang mengunduh lagu yang dimuat di situs resmi Neonomora. Setahun kemudian, album mini bertajuk 'Neonomora' semakin memantapkan cengkraman Ra sebagai pendatang baru di panggung musik Tanah Air.
Hingga akhirnya pada 2014, album penuh Neonomora dirilis dalam tajuk 'SEEDS'. Melihat namanya, bisa jadi Neonomora adalah bibit baru dari kegilaan musisi lokal mengeksplorasi kreativitasnya. Karena itulah yang tergambar dari 12 lagu di dalam album bersampul telur itu.
"Tentu kaget bisa direspon secepat ini. Gue juga nggak pernah punya bayangan dulu musik gue akan diterima seperti apa. Kalau dibilang beruntung, mungkin ada iya-nya juga," ujar perempuan berambut panjang itu.
"Tapi sebetulnya, pas gue muncul dulu itu gue masih pernah dengar orang bilang industri kita hancur-hancuran. Betapa kasihannya anak-anak muda sekarang yang berusaha menjadi kreatif. Mungkin lebih tepat gue melihat bahwa selama ini musik terlalu dikotak-kotakkan dan luput melihat bahwa pasar sudah tidak bisa didikte lagi," tutup Ra.
Cerita soal Neonomora masih akan terus hadir seharian ini di detikHOT. Ada kisah dari karya-karyanya juga misi mulia di balik kelahiran Neonomora ke muka bumi musik Indonesia. Terlebih lagi, Ra ternyata punya banyak ide 'gila' yang mencengangkan. Simak terus di 'Main Stage' detikHOT ya! (mif/mmu)











































