Dari hobi, kemampuannya dalam hal tersebut kemudian sengaja ia asah sampai sekarang. Menulis diyakini Asma menjadi jalan utama untuk bisa mengembangkan diri terlebih saat dirinya terpaksa berhenti kuliah karena sakit-sakitan.
"Saya ini penyakitan. Dari kecil saya sakit gegar otak, ada jantung juga dan tumor," urai Asma berkisah tentang masa lalunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang kakak terus mensupport dirinya untuk tak berhenti menulis. Sejak menjuarai beberapa kontes kepenulisan di usia muda, Asma memutuskan untuk memantapkan jalan untuk menjadi penulis. Terlebih saat ia akhirnya diundang menghadiri Majelis Sastra Se-Asia Tenggara (Mastera), Asma menjadikan menulis lebih dari sekedar profesi.
"Sampai sekarang menulis itu media berjuang buat saya. Selebihnya keluarga menjadi motivasi saya yang paling kuat untuk terus menulis, saya hanya ingin bisa memberikan kebanggaan bagi orangtua," tandasnya.
(doc/hkm)