Rapunzel (disulihsuarakan oleh Mandy Moore) adalah putri raja yang diculik oleh seorang nenek, Mother Gothel (Donna Murphy) sejak bayi. Sang nenek tahu bahwa rambut Rapunzel yang panjang keemasan itu ajaib dan tidak boleh dipotong demi mendapatkan—salah satunya—khasiat untuk terus muda. Jadilah, sang putri seumur hidupnya berada di menara dan tak pernah tahu dunia luar, sampai akhirnya, pada usia 18, ia ingin keluar karena ingin menyaksikan ribuan lentera terbang tiap tahun—ritual yang dilakukan orang tuanya untuk mengenang putri mereka.
Sutradara Nathan Greno dan Byron Howard mengemasnya dengan gaya anak muda masa sekarang: kocak, musikal, dan karakter yang kuat dengan semangat narsisme. Favorit pertama saya adalah sosok Flynn Ryder (Zachary Levi), penjahat kelas teri yang tak sengaja masuk ke menara sang putri untuk menghindari kejaran pasukan istana. Di awal, dia menjadi narator yang tengil, "Ini adalah hari ketika aku akan mati," katanya seolah penonton diyakinkan bahwa ini adalah film tentang dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karakter tengil lainnya adalah Pascal si Bunglon (teman setia tuan putri) dan Maximus si kuda gagah yang bisa melacak jejak bak anjing pemburu. Untuk lebih puasnya, silakan perhatikan saja ketiga karakter tadi. Tentu saja, sebuah dongeng sarat dengan pesan moral. Misalnya, bagaimana kita mengejar mimpi (silakan lihat, seorang preman berpantomim!) atau, jangan menilai seseorang dari tampilan luarnya. Dan, lagu-lagu yang mereka bawakan juga menghibur. Pendek kata: sebuah hiburan untuk seluruh keluarga.
Ah, ya, format 3D menambah asyik film ini, jika Anda tidak terganggu dengan kacamatanya.
(mmu/mmu)