'The Legend Is Born': Asal Muasal Awal Guru Besar Wing Chun

'The Legend Is Born': Asal Muasal Awal Guru Besar Wing Chun

- detikHot
Senin, 05 Jul 2010 11:19 WIB
Jakarta - Bagi Anda yang pernah menonton 'Ip Man' dan 'Ip Man 2', tentu kepincut dengan jurus Wing Chun dari gurunya Bruce Lee itu. Dan mungkin akan ada berbagai pertanyaaan: mengapa Ip Man kaya raya dan bahkan saat di Foshan sama sekali tidak bekerja dan mengajar silat? Bagaimana Ip Man bisa sejago itu? Dan tentu masih banyak lagi. Hal itu akan terungkap pada film 'The Legend is Born: Ip Man'.

Dari judulnya saja kita sudah tahu bahwa film garapan Herman Yau ini berkisah tentang asal muasal Ip Man. Pendek kata: 'The Origin of Ip Man' alias prekuel dari kedua film sebelumnya soal asal muasal ini, sama dengan 'Wolverine', 'Batman Begins','Iron Man', 'Lucky Luke', atau 'The A Team'.

Ip Man kecil mempunyai seorang saudara dan berayahkan saudagar kaya raya. Pada 1905,ia belajar silat Wing Chun dari tiga guru besarnya langsung di Foshan, Cina Selatan. Pertama adalah Chan Wah-Shun (diperankan Sammo Hung), penerusnya Ng Chun-Sui (Yuen Biao) dan Leung Bik (Ip Chun). Yang terakhir ini agak nyentrik, seperti karakter Si Bocah Tua Nakal, dan mengajari Ip Man dewasa (diperankan oleh Dennis To Yu-Huang) ilmu Wing Chun yang dia modifikasi, sewaktu ia merantau di Hong Kong. Dan hal ini membuat berang Ng Chun Sui yang ingin agar jurus silatnya murni dari ajaran nenek moyang.Tentu dari sini kita bisa mengadaptasi ke berbagai persoalan, dari fundamentalisme agama hingga nasionalisme sempit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertanyaan pertama yang menyeruak adalah: apa jadinya bila sosok Ip Man tidak diperankan lagi oleh Donnie Yuen yang sudah kadung lekat di benak penonton Dennis memang bersusah payah mengikuti gaya dan bahasa tubuh Donnie Yen, dan itulah adalah kelemahan yang nyata. Namun, bagi saya, tidak terlalu mengecewakan, mengingat penonton tetap disuguhi jurus-jurus silat yang ciamik dan seru.

Dan, mirip dengan resep Hollywood, film berdurasi 100 menit ini dibumbui dengan kisah asmara antara Ip Man dengan Cheung Wing-Sing (Crystal Huang) ,putri wakil gubernur yang juga kaya raya, dan cinta segitiga antara Ip Man, saudaranya Ip Tin- Chi (diperankan oleh Louis Fan Siu- Wong, yang pernah memainkan karakter berbeda di dua film sebelumnya), dan Lee Mei-Wai, teman masa kecil mereka (diperankan Rose Chan). Salah satu elemen saling ketertarikan mereka adalah budaya modern yang western. Ip Man dua tahun bersekolah di St. Stephen's College di Hong Kong.

Dan, seperti di 'Ip Man 1', Jepang digambarkan begitu kejam dan sadis. Kitano (Louis Cheung) adalah sang pemimpin mafia Jepang yang melakukan apa saja untuk berkuasa di China, dari penyuapan, fitnah, hingga aksi kekerasan dan ini bisa jadi metafora yang universal, walau terlihat agak hitam-putih.

Jualan utama film ini adalah keindahan gerakan kung fu Wing Chun, mulai berlatih hingga bertarung. Salah satu nasihat yang melekat adalah: 'Jangan lihat pukulannya, tapi bayangannya'. 'Jangan melihat, tapi merasa'. Pepatah ini sekilas mengingatkan kita pada 'The Karate Kid'.

Jika Anda mengikuti dua film 'Ip Man' sebelumnya dan mungkin juga menanti-nanti film versi Wong Kar-Wai yang menduetkan Tony Leung dengan Zhang Ziyi, film ini adalah penyempurnanya. Bila Anda suka film silat, film ini berisi banyak pertarungan cantik.

Jika Anda ingin film bermutu dan agak kecewa karena menganggap kualitasnya menurun dari yang sebelumnya misalnya tentang 'pace' yang agak lambat--setidaknya Anda masih akan menikmati gerakan-gerakan ciamik Wing Chun.

(iy/iy)

Hide Ads