Angkat Kisah Mahabarata, Teater Koma Gaet Milenial

Angkat Kisah Mahabarata, Teater Koma Gaet Milenial

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 17 Jul 2019 21:35 WIB
Teater Koma Foto: Agnes/detikHOT
Jakarta - Cerita Mahabarata diadaptasi Teater Koma menjadi naskah pertunjukan. Sukses mementaskan 'Mahabarata: Asmara Raja Dewa' November 2018 lalu, Teater Koma segera menggelar produksi ke-158 'Goro-goro: Mahabarata 2' pada 25 Juli 2019.

Meski mengusung kisah klasik, namun 'Mahabarata' tetap kontekstual dan mampu menggaet generasi milenial. Hal tersebut diungkapkan sutradara sekaligus pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno.

"Ini cerita penting dan erat dengan generasi milenial. Apa yang saya berikan ini untuk masyarakat muda, penting untuk melihat bagaimana Semar jadi raja dan Togog yang menghamba pada raksasa penyebar kejahatan," ujarnya.

Kisah 'Mahabarata' diakuinya memang berasal dari India namun juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Namun sebelum adanya 'Mahabarata', karakter Togog, Semar, Gareng, Petruk, dan lain-lain sudah ada.
Teater KomaTeater Koma Foto: Agnes/detikHOT

"Pertunjukan ini harus dilihat sebagai perkembangan milenial, kalau kita lihat dari kostum kan tidak seperti wayang tradisi. Harus dilihat sebagai pembelajaran lagi, kalau ini penting," ungkap Nano.

Slamet Rahardjo pun menambahkan, dari cerita 'Mahabarata' tanpa terasa Nano Riantiarno membawa kepada keyakinan teknologi hanya alat bagi manusia. Menurutnya, 'Mahabarata' adalah wayang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wayang adalah supermanusia. Apa bedanya dengan push button dan kota bisa bicara pada orang AS. Itu hanya bisa terjadi pada masyarakat yang supermanusia. Dengan demikian, 'Mahabarata' menyadarkan mari kita menginjak tanah bahwa cerita ini dijamah dengan cara berbeda," pungkasnya.





(tia/nu2)

Hide Ads