Duta Besar Kerajaan Thailand untuk Indonesia, H.E Songphol Sukchan saat pembukaan pameran menuturkan Thailand dan Indonesia punya sejarah panjang tentang tradisi dan budaya.
"Pameran seni ini adalah cara yang penting untuk mendukung satu sama lain dan mempererat hubungan antar dua negara," ujarnya di Komunitas Salihara, Sabtu (19/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Di pameran di Jakarra melihat lebih dalam pergeseran politik dan budaya yang terjadi di Indonesia dan Thailand di periode 1990-an dan berpengaruh di perkembangan artistik 8 seniman. "Mengapa kita memulai dari 1990-an, karena mereka banyak menghabiskan waktu masa kecilnya di tahun 1990-an dan saat itu masyarakat baru memahami apa itu demokratis," kata salah satu kurator pameran, Jeong-ok Jeon.
Misalnya saja Patriot Mukmin menghadirkan sejarah modern politik Indonesia melalui anyaman foto. Seniman asal Thailand Kitikun Mankit mengkomposisikan simbol dan citraan dalam konstruksi alegori politisnya. Atau Antonio S.Sinaga yang melanjutkan kritik pada agama melalui seni berbasis teks dan identitas ganda.
Ke-8 seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Antonio S. Sinaga (Indonesia), Chayanin Kwangkaew (Thailand), Chulayarnnon Siriphol (Thailand), Kitikun Mankit (Thailand), Patriot Mukmin (Indonesia), Theo Frids Hutabarat (Indonesia), Thidarat Chantachua (Thailand), dan Rega Ayundya Putri (Indonesia).
"Mereka mendemonstrasikan gimana kejadian masa lalu bisa mempengaruhi masa kini. Dan fokus pameran ini adalah visi dan nilai artistik ke-8 seniman," pungkas Jeong-ok Jeon.
Pameran berlangsung mulai 19 Januari hingga 3 Februari 2019 di Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. (tia/kmb)