Kelanjutan cerita itu yang membuat pria kelahiran Titi Kuning, Medan 1943 silam ingin menuliskan karya baru. Ide cerpen yang muncul dalam kondisi sakit diceritakan oleh sang istri Nur Windasari saat di rumah duka kawasan Tanah Baru, Depok.
"Tahun 2014 itu terakhir nulis cerpen. Itu sudah nggak bisa lagi menulis. Tapi saat itu bapak tanya, saya bisa menulis nggak. Saya bilang kalau nulis acak-acakan kayak steno itu bisa," ujar Nur ketika mengingat kejadian tersebut di kediaman rumah duka, Jalan Swadaya VIII, Tanah Baru, Depok, Minggu (26/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini aku ada cerita, 'Aku Sedang Menunggu Tuan', itu judulnya. Ingin membuat dengan judul itu tapi belum tercapai," ujar Nur.
"Kalau dahulu kan judulnya 'Aku Sedang Tidak Menunggu Tuan', itu cerpen dalam buku yang menang penghargaan di tahun 2000-an. Itu dia lagi pas ngomong itu lagi sakit, pas mau operasi jantung," cerita Nur lagi.
Dunia sastra Indonesia menempatkan Hamsad Rangkuti sebagai figur cerpenis yang unggul sehingga menggelarinya sebagai Maestro Cerpen Indonesia. Hamsad dikenal lewat cerpen 'Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu'.
Ia pun berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah penghargaan Sastra Pemerintah DKI di tahun 2000, Khatulistiwa Literary Award 2003 untuk 'Bibir dalam Pispot', SEA Write Award di tahun 2008, dan lain-lain.
Tonton juga 'Sastrawan Senior Hamsad Rangkuti Meninggal Dunia':
(tia/dal)