Gilang Dirga menjadi salah satu selebritas yang mencalonkan diri untuk maju menjadi calon legislatif (caleg) DPR RI Dapil DKI 1 Jakarta Timur dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Saat ditemui di studio FYP, kawasan Jakarta Selatan, Gilang Dirga mengaku menerapkan ilmu ikhlas saat mencalonkan diri menjadi calon legislatif ini.
"Tidak ada suara yang sia-sia, kalau gue menerapkan ilmu ikhlas, lolos alhamdulillah nggak lolos alhamdulillah," jawabnya, Selasa (20/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gilang Dirga mengatakan sangat menerima apa pun hasil yang sudah didapatkannya. Ia juga sudah berusaha sebaik mungkin selama masa kampanye kemarin.
"Ikhlas sih yang penting, waktu pertama sih kok segini hasilnya. Sempat bete di awal tapi setelahnya ya bismillah," jelasnya lagi.
Sampai saat ini suara yang diperoleh Gilang Dirga adalah 1.455. Gilang Dirga sendiri berada di posisi ketiga dari 6 caleg PPP.
Gilang Dirga juga mengaku tidak kecewa karena suaranya kalah dari dua caleg yang ada di Partainya.
"Aku nggak kecewa sama sekali. Ya sesuai dengan apa yang aku bilang lolos alhamdulillah, nggak lolos alhamdulillah. Kalau memang sudah ditakdirkan nggak lolos ya sudah, kalau memang ditakdirkan lolos ya sudah," ungkapnya lagi.
Pemain film Surau dan Silek ini juga bersyukur karena sudah mendapatkan perhatian yang luar biasa dari masyarakat sekitar. Ia jadi lebih dekat dengan masyarakat.
Gilang Dirga pernah menyuarakan keresahannya saat memutuskan untuk maju menjadi calon anggota legislatif. Salah satu keresahannya adalah dunia entertainment yang terlalu mengagungkan keviralan.
Akhirnya, masyarakat memiliki mindset cukup menjadi viral agar menjadi terkenal.
"Mungkin teman-teman sendiri merasakan dampak dari dunia entertainment itu. kadang-kadang tuh temen-temen harus mencari berita untuk orang-orang yang viral karena itu berhubungan dengan rating dan share," kata Gilang Dirga saat ditemui di Studio Trans 7, Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (12/9/2023).
"Tapi temen-temen mikir nggak, misalkan itu yang ke-blow up semua sehingga yang dikonsumsi oleh masyarakat yang gitu-gitu saja. Akhirnya mindset masyarakat Indonesia terbentuk oleh hal-hal yang seperti itu," sambungnya.
(wes/dar)