Polusi udara di DKI Jakarta membuat dampak mengkhawatirkan. Kualitas udara yang buruk membuat manusia mudah sakit yang menyerang saluran pernapasan, batuk, dan pilek.
Berbagai cara dilakukan untuk menangkal udara buruk di DKI Jakarta. Tya Ariestya membagikan perasaannya merasakan udara buruk di Jakarta. Tya Ariestya menilai polusi udara di Jakarta sudah sangat luar biasa.
"Ini berasa ya, jadi kayak panas tapi dilapisi gitu berasa mendung. Jadi panasnya ada lapisan yang menutupi gitu. Jadi menurut aku polusinya sudah luar biasa banget. Siang ini matahari nggak terik banget. Kadang mendung, tapi nggak hujan-hujan, kayaknya ketutup polusi. Kan bisa dilihat ada aplikasinya," kata Tya Ariestya ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, dua hari lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasihan paru-paru kita ya, karena polusinya ini nggak kelihatan. Maksudnya kayak kita jadi gampang capek. Buat olahraga di luar mau nggak mau dikurangi, sama wajib pakai masker. Cuma ya pakai masker kita tetap menghirup udara ini juga sebenarnya. Tapi setidaknya membantu meringankan," sambungnya.
Untuk menangkal dan mengurangi polusi udara, Tya Ariestya memilih untuk banyak menanam pohon di rumah. Salah satu tanaman yang juga pada saat itu dibawa oleh Tya Ariestya adalah spider plant.
Tya Ariestya juga menceritakan sang bunda sudah sejak lama hobi menanam tanaman di rumah. Tanaman yang ditanam juga mempunyai fungsi masing-masing.
"Tanaman kebanyakan aglonema, exotis lainnya mama suka, ada janda bolong, tanduk rusa, dan lain-lain. Ada tanaman spider plant, tanaman laba-laba. Kalau aku baca dia bisa menangkap racun-racun dari polusi udara. Di rumah ada, tapi nggak banyak," jelas Tyas Ariestya.
"Kayak musim DBD ada tanaman anti nyamuk. Ya prakteknya belum ketahuan seberapa bisa menyaring polusi. Punya tanaman itu bentuk ikhtiar aja. Tanam di rumah sudah lama cuma nggak banyak. Pas tahu ada tanaman menangkap racun-racun itu ya sudah kita tanam," sambungnya.
Tya juga mengaku kini mengurangi kegiatan di luar rumah. Terlebih anak-anaknya mudah alergi.
"Ya kurangi aktivitas di luar saja, polusi di Indonesia kan di dunia itu masuk 10 besar terburuk. Jadi kayak ikuti pemerintah, lebih hati hati, kurang kurangi aktivitas di luar. Ke anak-anak lebih protek. Berasa nggak anak-anak jadi gampang batuk? Apalagi anak-anakku alergi. Jadi banyak kegiatan dalam ruangan. Mengikuti kebijakan saja aku mah. Sekolah di rumah sudah 3 tahun, kalau keputusan anak harus sekolah di rumah ikut juga," kata Tya Ariestya.
(pus/dar)