.webp)
Yama Carlos mengaku sudah lima bulan tak dapat bertemu dengan anak kandungnya, Marco. Diketahui, putranya kini tinggal bersama istrinya, Arfita Dwi Putri.
Sang istri disebut aktor berusia 42 tahun itu memberikan persyaratan-persyaratan sulit agar dirinya tak bisa bertemu dengan sang buah hati. Atas dasar hal tersebut, Yama Carlos mengadukan istrinya ke Komnas Perlindungan Anak.
"Bulan Juli ini tanggal 21 genap 5 bulan, saya tidak dikasih akses untuk ketemu dengan anak kandung saya sendiri," kata Yama Carlos saat ditemui di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka terlalu banyak persyaratan, sedangkan tadi saya konsultasi ke opung (Arist Merdeka Sirait) pengadilan memutuskan hak, tidak ada itu namanya orang tua dikasih syarat buat ketemu sama anak kandungnya," sambungnya.
Beberapa persyaratan yang dibuat oleh Arfita Dwi Putri adalah Yama Carlos harus didampingi oleh pengacara atau bodyguard untuk bertemu dengan Marco. Ia merasa keberatan dengan persyaratan tersebut.
"Masak ayah kandung mau bertemu dengan anak kandung harus ditemani lawyer atau bodyguard, itu hukum dari mana, jangan buat hukum sendirilah," ujar Yama Carlos.
"Kita negara hukum, ini pengadilan belum memutuskan apa-apa, kok kalian mau buat hukum ala kalian sendiri?" sambungnya.
Aduan dari Yama Carlos diterima dengan baik oleh Arist Merdeka Sirait selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak. Arist pun merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh aktor tersebut.
"Pak Carlos ditemani dengan kuasa hukumnya membuat laporan bahwa beliau sudah berapa lama ini tidak bisa bertemu dengan anaknya yang saat ini berusia 6 tahun dan diduga dikuasai oleh istri Pak Carlos yang sampai sekarang akses untuk bertemu dengan anak itu sangat-sangat susah," ujar Arist Merdeka Sirait.
Dalam waktu dekat, Arist Merdeka Sirait bakal memanggil Arfita Dwi Putri untuk dimintai keterangan dan mencari jalan tengah untuk permasalahan ini.
"Saya kira dalam waktu dekat kita akan segera memanggil istri dari Pak Yama untuk kita mintai keterangannya benar adanya atau tidak. Setelah itu, kita berkesimpulan apa yang harus dilakukan kedua belah pihak," pungkasnya.
(ahs/mau)
