Pandemi COVID-19 memberikan hal baru yang berbeda-beda untuk setiap orang, termasuk pesulap Jusin Clasic. Berawal dari hanya ingin mengisi waktu, Jusin jadi memulai budidaya bonsai.
Keterbatasan ruang gerak dan beraktivitas saat pandemi, budidaya bonsai yang dilakukan Jusin Clasic justru membuahkan hasil. Bonsai-bonsai yang dia buat menelurkan prestasi-prestasi.
Jusin terlihat mengikuti kontes bonsai lokal terbuka se-Kalimantan tahun 2022 yang digelar oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) cabang Sambas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kolektor muda bonsai itu berhasil menyabet semua kategori yang ada. Jusikelas Small berhasil meraih juara 1, kelas Mame juara 1, kelas Large juara 2, kelas Extra Large juara Harapan 1, kelas Small juara 2, kelas Prospek juara 3, dan kategori Best in Show.
"Pohon bonsai yang jadi asli hasil karya daerah Kalimantan khususnya di kota Singkawang masih belum ada, sehingga saya berharap suatu hari nanti bisa lahir seseorang yang expert sebagai trainer bonsai di kota Singkawang," harap Jusin dalam keterangannya.
Jusin Clasic menjelaskan pohon bonsai berkualitas super dinilai dari segi gerak dasar pohon, keserasian pohon, kematangan pohon, karakter pohon, dan totalitas pohon terlihat alami minim dari sentuhan manusia. Pohon bonsai sendiri secara umum dimaksudkan bagi pohon yang ada pada umumnya di alam terbuka, hanya saja telah dikerdilkan bentuknya sehingga memiliki sisi estetika bagi siapa saja yang menikmatinya.
Dia sendiri telah memiliki puluhan bonsai berkualitas super. Baginya, bonsai juga merupakan bagian dari seni yang relatif rumit selain seni sulap yang telah ia tekuni selama belasan tahun, sehingga ia tertarik untuk menekuninya.
"Sebagian orang awam sering bertanya bahwa mengapa harga bonsai begitu fantastis? Ada dua faktor, yang pertama adalah dikarenakan bonsai dapat bertahan hingga ratusan tahun, pohon bonsai juga dikoleksi berpindah dari tangan ke tangan sehingga harga pemilik pertama sampai seterusnya akan meningkat karena tidak mungkin dilepas rugi dari harga yang dibeli," jelasnya.
"Faktor kedua, yang tidak bisa dipungkiri bahwa pohon bonsai memerlukan proses dan waktu yang cukup lama untuk mencapai tahap finishing jadi. Sehingga jika pohon bonsai ditaksir dengan harga yang rendah, maka sulit bagi pemiliknya untuk dilepas begitu saja," kata Jusin.
Pemuda yang tergabung dalam Perkumpulan Hakka Indonesia (Perhakin) Singkawang itu menganggap bonsai adalah bagian dari investasi karena semakin lama harganya akan semakin tinggi. Ini juga dikarenakan tidak ada bonsai yang dihasilkan dengan bentuk dan model yang sama persis.
Mei 2023 di kota kelahirannya, Singkawang, akan digelar kontes pameran nasional bonsai pertama.
"Semoga agenda tahunan kontes ini bisa semakin menarik dan menumbuhkan the new bonsai lovers dan perlahan terjalin ikatan dari berbagai golongan masyarakat sesama pecinta bonsai," harap Jusin.
(pus/mau)