Dinar Candy dilanda panik saat tak bisa menghubungi keluarga usai gempa Cianjur. Terlebih dia sangat mengkhawatirkan kondisi sang adik yang mondok di salah satu pesantren di Cianjur.
Sang adik ditemukan oleh ayah Dinar Candy yang langsung gercep memakai sepeda motor ke pesantren putra bungsunya.
"Prosesnya Bapak yang nemuin pertama kali," kata Dinar Candy ditemui di kawasan Pisangan, Tangerang Selatan.
Beberapa saat setelah gempa pertama terjadi, Acep, ayah Dinar Candy langsung pergi ke Pesantren Al Uzlah tempat putra bungsunya mondok. Sepanjang perjalanan Acep melihat kondisi jalanan yang porak poranda.
"Kejadian jam setengah dua itu awalnya getar. Ini ada apa, terus itu mobil di depan mau jatuh. Semua tetangga pada teriak, zikir ke Allah SWT. Dilihat rumah retak di luar, di dalam mah nggak apa-apa. Bapak telepon yang punya pesantren, nggak diangkat-angkat, sampai mati (ponsel), lampu padam, udah nggak bisa komunikasi lagi," cerita Acep yang kini juga sudah berada di kediaman Dinar Candy.
"Jam 4 baru nyusul dia (Cecep ke pesantren) pakai motor di kawasan Pacet. Bapak di jalan semua bangunan ambruk. Jalan semua, akses jalan berantakan," sambungnya sulit menceritakan kondisi Cianjur yang dia lewat beberapa saat setelah gempa.
Belum lagi di perjalanan Acep mendengar pemberitahuan soal orang meninggal dunia. Pesantren Al Uzlah tempat adik Dinar Candy mondok berada di Ciherang, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
"Itu bapak kan ke sana naik motor, itu (rumah) pada roboh. Bapak sampai nangis merasa kayak meriam, terus semua bangunan goyang. Bapak kayak mikir gimana anak bapak. Terus ada tetangga Ponpes kayak innalillahi, terus ada mayat. Astagfirullahaladzim gimana anak bapak, bapak langsung nangis," ceritanya.
Setibanya di pesantren putra bungsunya, Acep melihat banyak santri dan santriwati yang berkumpul. Santri dan santriwati kala itu banyak juga yang merasa lapar. Belum lagi ada dari mereka yang mengalami luka-luka dan berlumuran darah.
"Bapak langsung sampai ponpes itu semua santri, santriwati pada nangis. Banyak yang dijemput, ada yang belum dijemput. Kacau keadaannya. Santri-santri sudah lapar, dikasih makanan, bapak nangis," tuturnya menceritakan kondisi pascagempa di pesantren adik Dinar Candy.
"Sampai Ponpes bapak naik ke atas, turun ke bawah. Sama dia (Cecep) belum ketemu. Terus bapak keliling-keliling. Terus dia (Cecep) teriak, 'Bapak-bapak,' langsung bapak peluk, dia langsung lemas. Alhamdulillah," ungkapnya.
Dinar Candy mengaku sangat khawatir dengan kondisi sang adik. Dia mengingat keinginannya menyekolahkan sang adik karena ini melihat adiknya menjadi ustaz.
Di halaman selanjutnya, cerita adik Dinar Candy lompat dari kamar mandi ke lapangan pesantren.