"Jadi, dulu saya aktif di Dewan Mahasiswa UI (DMUI), pertama kali waktu mas Dipo Alam (Seskab RI masa pemerintahaan Presiden SBY) sebagai ketua. karena saya aktif di kegiatan sosial, jadi dipilih sebagai Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat. Saya juga mendirikan Kompak UI, yaitu mahasiswa peduli lingkungan dan juga anak-anak. Ketika tahun 1978, saya menjabat Sekretaris Bidang Eksteren. Saat itu, lagi ada demo mahasiswa dan banyak yang ditangkap."
"Karena kekosongan pimpinan, saya didaulat menjadi pejabat ketua DMUI. Periode itu mahasiswa bergejolak, kampus lain banyak yang ajak untuk demonstrasi dan mogok kuliah, tapi saya bilang ke teman-teman untuk tetap tenang. Sampai kita dikirimi pesan oleh ITB yang mengatakan 'UI banci'. Akhirnya kita bikin Rapat Gelap, bukannya mau sok-sokan tapi memang rapatnya gelap karena nggak pakai lampu, kita sedang dipantau oleh intel. Dari rapat itu diputuskan untuk esok hari, UI akan demonstrasi dan mogok kuliah."
![]() |
"Pada tanggal yang ditentukan, saya naik ke atas mimbar di depan Fakultas Ekonomi UI, saya bilang, 'teman-teman mahasiswa, sekarang saya umumkan bahwa Mahasiswa UI mogok kuliah sampai waktu yang tidak ditentukan', ramai bersorak. Pagar betis kita aman, nggak ada intel yang masuk. Eh nggak berapa lama, kami ditangkap juga, saya dibawa ke Kodam Jaya untuk interogasi."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suasana hari Minggu pagi yang sejak tadi cerah menyenangkan, sontak berubah menjadi lebih serius. detikHOT tidak mengantisipasi bahwa Kak Seto melewati juga fase ini dalam perjalanan hidupnya. Si Komo yang sempat dipanggil Paspampres saja sudah mengejutkan, sekarang demonstrasi dan ditangkap aparat juga.
"Saya sedang diinterogasi, salah satu polisinya bernama Pak Edi. Ternyata dia mengenali saya, 'lho, kamu kan gurunya anak saya'. Rupanya putri beliau itu murida saya di Istana Taman Kanak-kanak di Taman Ria Senayan itu. 'Kamu kan Kak Seto, sudah mending kamu fokus ke anak-anak saja. Kamu bisa berjuang sesuai potensi kamu. Kamu kembali saja'. Setelah itu saya dibebaskan dan diantar pulang ke rumah," cerita Kak Seto sambil menirukan percakapan 44 tahun yang lalu itu.
(mif/nu2)