GKR Hayu untuk Perempuan yang Sedang dalam Perjuangan

Hot Questions

GKR Hayu untuk Perempuan yang Sedang dalam Perjuangan

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 26 Apr 2022 20:24 WIB
Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions
GKR Hayu, putri Keraton Yogyakarta Foto: Andhika Prasetia


Merujuk pada keluarganya, GKR Hayu dan suami sama-sama memiliki kesepakatan dalam mengurus rumah tangga karena keduanya aktif bekerja. "Kalau kita sih dibagi berdua," katanya santai.


Sejak kalimat pertamanya kepada detikHOT, GKR Hayu memang sudah menunjukkan nada-nada kepercayaan diri sebagai perempuan. Bahwa perempuan juga memiliki tugas yang tidak kalah penting dari pria, tanpa ada maksud tidak menghargai.


"Kalau di Keraton justru yang perempuan itu they run the palace. Kalau dari zaman dulu untuk urusan yang strategic, urusan keluar itu kebanyakan laki-laki. Tapi, begitu di dalam yang running itu yang perempuan. Posisi seperti Kepala Dinas, posisi yang strategic itu masih laki-laki semua. Bapak anaknya perempuan semua, harus dipersiapkan. Karena kami yang jadi kepala dinas otomatis keberadaan perempuan di dalam divisi-divisi itu mulai ada gitu lah. Belum seimbang tapi mulai ada," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot QuestionsWawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions Foto: Andhika Prasetia


"Kalau kata ibu, ini nasihat pas saya mau menikah, laki-laki boleh kepala keluarga, tapi istri itu lehernya. Kita yang menentukan kepala mau nengok ke mana," sambung Gusti Hayu sembari tertawa.


Bicara soal perempuan dan seluruh kekuatan serta pemberdayaannya, membuat detikHOT teringat sesuatu. Saat ini, Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono X dikaruniai lima anak perempuan. Sedangkan pewaris tahta selama ini haruslah seorang pria. Apakah kemudian tahta kesultanan akan berpindah ke pundak seorang ratu?

ADVERTISEMENT


"Kalau itu sih hak prerogatif-nya raja. Jadi, terserah bapak, kami nggak boleh mendahului. Mau dibubarin terus dikasih tetangga juga terserah beliau," jawab GKR Hayu santai sembari tersenyum.


"Karena pertimbangannya dan pola pikirnya raja itu kan kadang kita nggak sampai. Seluruh keputusan ada di bapak. Beliau juga sudah memberikan pernyataan bahwa Keraton, termasuk orang-orang di dalamnya dan para saudara tidak boleh ikut membahas. Karena nantinya dikhawatirkan akan membuat keributan di masyarakat," tandas GKR Hayu, sekaligus mengakhiri obrolan.



Simak Video "Daniel Mananta, Karier dan Kecintaannya pada Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

(mif/nu2)

Hide Ads