GKR Hayu untuk Perempuan yang Sedang dalam Perjuangan

Hot Questions

GKR Hayu untuk Perempuan yang Sedang dalam Perjuangan

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 26 Apr 2022 20:24 WIB
Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions
GKR Hayu, putri Keraton Yogyakarta Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Sebagai sesama perempuan, Gusti Kanjeng Ratu Hayu (GKR Hayu) menyampaikan pesan sekaligus dukungan untuk seluruh perempuan di luar sana. Tak peduli apapun kesibukannya, bagi Sang Putri Keraton Yogyakarta ini, perempuan harus menjadi yang paling kuat dari versi mereka masing-masing.


"Perempuan itu harus punya uang sendiri, financial independent penting, karena kalau nggak kita akan sangat tergantung. Karena saya kan dengar cerita dari ibu, banyak sekali yang mereka tidak bisa meninggalkan suaminya karena mereka tidak bisa bekerja, mereka tidak punya uang. Jadi, financial independent is very important. Punya uang sendiri yang tidak dikontrol suami, jadi kalau ada apa-apa, bisa back up," GKR Hayu menyampaikan pandangannya kepada detikHOT saat berbincang di Keraton Kilen, Yogyakarta.


"Salah satu yang paling krusial juga adalah memilih pasangan yang tepat. Kalau urusan rumah aja udah bikin stress, bagaimana kita (perempuan) mau sukses. Pencapaian suami itu juga tergantung kondisi rumah. Makanya sekarang sudah tidak ada perjodohan lagi (di Keraton)," sambung perempuan kelahiran 24 Desember itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot QuestionsWawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions Foto: Andhika Prasetia


Istri dari KPH Notonegoro dan Ibu dari Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro itu menyampaikan juga pengertian perempuan kuat versinya.


"Kalau aku gini ya, melihat perempuan kuat itu harus punya karir, segala macam, jadi ibu rumah tangga itu juga nggak mudah lho. Tidak boleh ada paksaan untuk menjalani yang diinginkan, kalau memang maunya jadi ibu rumah tangga, it's okay. Ibu itu kan pillar of support semua penghuni, dia mempertaruhkan hidupnya kalau sampai ada apa-apa dengan anggota keluarga. Ibu rumah tangga itu juga berarti mendedikasikan kerjanya untuk mendukung suaminya agar bisa fokus bekerja."

ADVERTISEMENT


Dan, untuk kalian para perempuan yang masih ingin terus berkarir, GKR Hayu punya pesan khusus.

Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot QuestionsWawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions Foto: Andhika Prasetia


"Kalau misalnya untuk yang wanita karir, yang masih ingin berkantor, don't settle for men yang berharap istrinya di rumah. Jadi, kalau mau tetap bekerja, pilih suami yang mau berbagai pekerjaan rumah tangganya juga. Makanya memilih pasangan jadi krusial, kan."


Merujuk pada keluarganya, GKR Hayu dan suami sama-sama memiliki kesepakatan dalam mengurus rumah tangga karena keduanya aktif bekerja. "Kalau kita sih dibagi berdua," katanya santai.


Sejak kalimat pertamanya kepada detikHOT, GKR Hayu memang sudah menunjukkan nada-nada kepercayaan diri sebagai perempuan. Bahwa perempuan juga memiliki tugas yang tidak kalah penting dari pria, tanpa ada maksud tidak menghargai.


"Kalau di Keraton justru yang perempuan itu they run the palace. Kalau dari zaman dulu untuk urusan yang strategic, urusan keluar itu kebanyakan laki-laki. Tapi, begitu di dalam yang running itu yang perempuan. Posisi seperti Kepala Dinas, posisi yang strategic itu masih laki-laki semua. Bapak anaknya perempuan semua, harus dipersiapkan. Karena kami yang jadi kepala dinas otomatis keberadaan perempuan di dalam divisi-divisi itu mulai ada gitu lah. Belum seimbang tapi mulai ada," jelasnya.

Wawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot QuestionsWawancara detikHOT dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Keraton Yogyakarta. -Hot Questions Foto: Andhika Prasetia


"Kalau kata ibu, ini nasihat pas saya mau menikah, laki-laki boleh kepala keluarga, tapi istri itu lehernya. Kita yang menentukan kepala mau nengok ke mana," sambung Gusti Hayu sembari tertawa.


Bicara soal perempuan dan seluruh kekuatan serta pemberdayaannya, membuat detikHOT teringat sesuatu. Saat ini, Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono X dikaruniai lima anak perempuan. Sedangkan pewaris tahta selama ini haruslah seorang pria. Apakah kemudian tahta kesultanan akan berpindah ke pundak seorang ratu?


"Kalau itu sih hak prerogatif-nya raja. Jadi, terserah bapak, kami nggak boleh mendahului. Mau dibubarin terus dikasih tetangga juga terserah beliau," jawab GKR Hayu santai sembari tersenyum.


"Karena pertimbangannya dan pola pikirnya raja itu kan kadang kita nggak sampai. Seluruh keputusan ada di bapak. Beliau juga sudah memberikan pernyataan bahwa Keraton, termasuk orang-orang di dalamnya dan para saudara tidak boleh ikut membahas. Karena nantinya dikhawatirkan akan membuat keributan di masyarakat," tandas GKR Hayu, sekaligus mengakhiri obrolan.



Simak Video "Daniel Mananta, Karier dan Kecintaannya pada Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads