Jakarta -
Mempunyai darah Minangkabau, Vino G Bastian atau yang sering disapa Vino ini telah terjun ke industri entertainment sejak usia belasan tahun.
Pria kelahiran Jakarta, 24 Maret 1982 terjun ke dunia film karena seorang wartawan yang melihat aksinya di panggung pensi (pentas seni) bersama band sekolah SMA. Wartawan itu menawarkan Vino ikut pemotretan mode di majalahnya.
Sesudah pemotretan pertama, Vino pun bergabung dengan agen model Platinum. Setelah mencoba dunia model, Vino pun menjajal bidang akting. Awalnya Vino mendapat tawaran membintangi videoklip untuk Cokelat, Audi, Ratu, dan Kahitna, yang kebanyakan diproduksi oleh Rexinema.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vino pun diajak casting untuk menggarap film 30 Hari Mencari Cinta. Vino akhirnya lulus casting dan mendapat peran sebagai anak band. Walau hanya muncul sebentar di film 30 Hari Mencari Cinta (2004), penampilan perdana Vino disambut positif oleh penonton yang mayoritas remaja.
Bersama lawan mainnya, Maria Agnes, mereka meraih voting terbanyak sebagai pasangan favorit versi MTV Movie Awards 2004.
Setelah sukses dengan film pertamanya, dia kemudian mendapat tawaran untuk kembali bermain judul film lainnya. Hingga pada 2007, dia mendapatkan puncak popularitasnya.
Aktingnya yang handal telah mengantarkannya membintangi sejumlah film seperti Buya Hamka, Chrisye, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 & 2 serta 212 Warrior (judul alternatif Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212).
Tak hanya itu saja. Aktingnya pun berhasil meraih apresiasi prestisius. Salah satunya, Vino G Bastian memenangkan penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik dari Festival Film Indonesia 2008 untuk aktingnya dalam Radit dan Jani.
Dia juga berhasil membawa pulang Pemeran Pria Utama Terfavorit dalam ajang Indonesian Movie Actors Awards 2018 untuk aktingnya dalam film Chrisye.
[Gambas:Instagram]
Punya Darah Seniman
Vino G Bastian tidak pernah menyangka jika dirinya akan menjadi seorang aktor dengan karir yang gemilang. Sebab semuanya berawal dari kecintaannya terhadap seni semata.
Sebagai aktor, kini Vino tampak percaya diri dan easy going. Namun siapa yang mengira jika Vino kecil dulunya sulit bergaul dan juga pemalu.
Vino merupakan putra bungsu dari Bastian Tito dan Hj. Herna Debby. Sang ayah, Bastian Tito, merupakan penulis cerita silat yang dikenal lewat karyanya, seri Wiro Sableng.
Jelas bahwa darah seniman sudah menurun dari sang ayah. Sejak masih duduk di bangku SMP-SMA, Vino sudah bermain musik dan menjadi drummer. Kendati demikian, Vino tetap berprestasi dan selalu masuk ranking 10 besar di sekolahnya.
Ketertarikannya ke dunia seni dan industri hiburan sempat dilarang keras oleh sang ayah. Hal itu semata-mata dikarenakan almarhum ayahnya ingin Vino fokus menyelesaikan dulu pendidikannya.
Kisah Vino G Bastian jadi aktor termahal di Indonesia ada di halaman selanjutnya.
Membintangi Banyak Film Besar
Kemunculan Vino G Bastian perdana di layar lebar bermula dari film 30 Hari Mencari Cinta (2003). Dia juga membintangi Catatan Akhir Sekolah (2004) dan Cinta Silver (2005).
Vino melakoni film Foto Kotak dan Jendela serta Pesan dari Surga di 2016. Kemudian di 2007, dia membintangi Tentang Cinta, Coklat Stroberi dan Badai Pasti Berlalu.
Memasuki tahun 2008, Vino yang merupakan suami dari aktris Marsha Timothy ini membintangi Radit dan Jani. Di tahun yang sama, dia juga bermain dalam In the Name of Love.
Adapun di 2009, dia kembali melakoni Punk In Love, Serigala Terakhir dan The Police. Menyusul di 2010, Vino beradu akting dalam film Satu Jam Saja.
Ayah dari Jizzy Pearl Bastian ini juga bermain dalam Rumah dan Musim Hujan (2012). Dan pada 2013, Vino menjadi lakon dalam film Air Mata Terakhir Bunda, Tampan Tailor, Madre, Mika serta Cinta/Mati.
Sedangkan di 2014, ia membintangi 3 Nafas Likas dan Tabula Rasa. Dalam Tabula Rasa, Vino juga merupakan Associate Producer.
Di 2015, Vino bermain dalam film Rock N Love serta Toba Dreams. Sementara itu, pada 2016 dia membintangi Talak 3, Super Didi, Bangkit! hingga Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1.
Kemudian di 2017, dia kembali memerankan Kasino dalam Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2. Ia juga memerankan almarhum Chrisye dalam film Chrisye.
Selain itu, Vino juga kembali hadir dalam Super Didi 2 (2017), 212 Warrior sebagai Wiro Sableng dan tak ketinggalan Buya Hamka (2019) sebagai pemeran utamanya.
Pemain Sinetron
Meski berfokus di layar lebar, Vino juga pernah membintangi sejumlah sinetron di layar kaca. Kemampuan aktingnya semakin terasah, terbukti dengan kepiawaiannya dalam memerankan berbagai karakter yang beragam.
Mulai dari sinetron Arini (2010), Arini 2 (2011), Calon Bini (2011) hingga Hanya Tuhanlah yang Tahu (2013), semua pernah dia lakoni untuk menghibur pemirsa layar kaca.
Film Wiro Sableng
Vino G Bastian juga pernah memainkan film yang diangkat dari cerita asli buatan sang Ayah, Wiro Sableng. Awalnya Vino tak berniat untuk memerankan Wiro Sableng, namun nyatanya Vino teteap mengambil peran tersebut.
Film ini memang diangkat dari buku cerita silat yang legendaris, yakni Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Film ini tercatat menjadi film Indonesia pertama yang bekerjasama dengan Fox International Productions. Seperti diketahui, Production House sendiri merupakan anak perusahaan dari 20th Century Fox yang kenamaan.
Karena tingginya antusias masyarakat, film yang melibatkan hingga 977 kru ini tayang lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Selain itu, film yang bergenre action, adventure, komedi ini juga melibatkan Chan Man Ching, sosok koreografer yang mendukung aksi aktor Jackie Chan di film-film laganya. Alhasil, adegan silat yang ditampilkan pun jadi lebih berkualitas.
Tak hanya menampilkan Vino G Bastian, film yang disutradai oleh Angga Dwimas Sasongko tersebut juga diramaikan oleh Yayan Ruhian (juga bermain dalam John Wick), Sherina Munaf hingga Fariz Alfarazi.
Aktor dengan Bayaran Termahal
Berkiprah di industri perfilman telah membuat Vino G Bastian berhasil menjadi salah satu aktor dengan bayaran termahal di Indonesia. Sejak 2009 saja, Vino sudah dihargai tarif sebesar Rp 250 juta per filmnya.
Dan kini, dia tak menyangkal meski pendapatannya naik turun, namun mencari nafkah sebagai aktor membuatnya meraup banyak keuntungan. Baginya, menjaga keseimbangan antara sikap realistis dan idealis adalah salah satu kunci sukses.