Pandemi COVID-19 telah membuat banyak pelaku usaha pelaku ekonomi kreatif terhenti. Meski demikian, masih ada yang mampu bertahan dan terus berkarya yaitu mereka yang bersedia melakukan transformasi digital. Salah satunya adalah sutradara kondang Hanung Bramantyo.
Hanung bercerita banyak aktivitas pekerja seni terhenti seketika akibat pandemi kali ini. Padahal Hanung mengungkapkan saat pandemi mulai ramai diperbincangkan pada Maret lalu, Hanung tengah menggarap tiga produksi film.
3 film tersebut adalah 'Tersanjung' (gala premiere), 'Surga Tak Dirindukan 3' dan 'Ibunda'. Dalam waktu bersamaan, Hanung juga mengatakan ada film berjudul Mekkah I'm Coming yang saat itu sedang diputar di bioskop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat pandemi, semuanya berhenti total. Yang gala premiere tidak jadi tayang sampai hari ini. Yang sudah tayang di bioskop langsung turun, drop karena tidak ada penonton. Yang sedang syuting seminggu lagi mau selesai harus berhenti," kata Hanung dalam keterangan tertulis, Rabu (16/12/2020).
Hal tersebut disampaikan Hanung dalam Dialog Produktif 'Industri Kreatif Melawan Hantaman Pandemi' di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (15/12) kemarin.
Lebih lanjut, Ia mencoba peruntungannya dengan memaksakan diri untuk melanjutkan syuting di Yogyakarta. Alhasil, masyarakat sekitar lokasi menolak kehadiran timnya, apalagi saat itu kebanyakan krunya berasal dari Jakarta, yang menjadi salah satu episentrum penyebaran COVID-19.
Hanung akhirnya tidak punya pilihan selain menghentikan syuting dan tetap tinggal dengan keluarganya di Yogyakarta hingga saat ini.
"Sisi positif pandemi, saya semakin dekat dengan anak-anak saya. Tapi kebahagian itu itu hanya berlangsung dua sampai tiga minggu. Saya merasa kalau saya tidak berbuat sesuatu saya pusing, saya bisa gila," imbuhnya.
Ketika kebosanannya memuncak karena harus berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan, Hanung kemudian memutuskan untuk membuat film pendek bersama anak-anaknya dengan berbekal kamera handphone.
Film pendek besutan Hanung dan anak-anaknya ini kemudian tayang di salah satu laman situs berbagi video. Gayung bersambut, film tersebut ditonton hingga 700 ribu orang dan akhirnya dilirik sponsor.
"Ternyata kreativitas muncul ketika diri kita terpenjara. Kepepet baru muncul," guraunya.
Hal ini juga diamini Juru Bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Prabu Revolusi. Ia mengatakan ada dua tipe manusia yang sukses bertahan hidup ketika pandemi yaitu manusia yang adaptif dan manusia yang melakukan transformasi teknologi.
Hal yang terjadi pada Hanung diakuinya merupakan contoh manusia yang sukses dalam melakukan transformasi digital. Namun sayangnya kata Prabu, masih banyak para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang gagap menghadapi pandemi ini karena tidak mau beradaptasi dengan situasi pandemi dan melakukan transformasi digital.
"PR-nya adalah masih banyak yang belum seperti itu, atau gagap ketika menghadapi pandemi ini. Kemenparekraf membuat program inkubasi untuk film maker agar tetap berproduksi, kita bantu dengan insentif, atau penulisan skenario di masa COVID-19," pungkasnya.
(ega/ega)