Diding Boneng sangat santai melihat berbagai pendapat orang yang menilainya miris atau apapun itu saat naik KRL.
"Kalau saya lihatnya biasa saja. Dia (mereka yang) nggak biasa. Intinya mereka melihat bintang itu salah. Bintang itu apa sih? Karena dia melihatnya bintang itu harus dikawal, harus punya manajer, harus kaca gelap, harus makan di mana. Mereka yang ada di situ. Buat saya, ah mereka nggak kenal. Mereka itu nggak tahu, aktor itu apa, bintang itu apa, seleb itu apa," kata Diding Boneng sambil tertawa kepada detikcom.
"Mereka nggak tahu. Jadi saya maklumin kalau dia tahu dia nggak akan gitu. Saya sebagai aktor, sebagai bintang kalau lagi di depan kamera, di atas panggung. Lampu panggung mati, kamera cut, saya bukan siapa-siapa," sambungnya.
Selain lebih menikmati naik angkutan umum, Diding Boneng juga punya pengalaman saat makan di warteg. Biasa saja masuk ke warteg, banyak mata memandangnya.
"Saya makan saya diliatin, 'Om bintang film ya?', 'Lo pernah nonton film gua?', 'Iya film Warkop. Terus kok Abang makannya di sini?', 'Lah emang gua nggak boleh makan di sini? Lo kan jualan gua mau makan. Kalau nggak boleh gua keluar nih.'" ceritanya sambil tertawa.
Anggapan-anggapan orang soal seorang bintang yang serba wah diwajarkan oleh Diding Boneng. Hanya saja, jika kalangan terpelajar, seperti mahasiswa yang punya pendapat seperti itu dan bertanya seperti itu kepadanya, Diding sudah pasti bersikap lain.
"Naik angkot juga gitu, saya naik angkot, mikrolet apa gitu, saya kalau naik mikrolet jarang di belakang, tapi di depan. Saya menghindari itu. Bukan jadi nggak mau naik mikrolet tapi saya menghindar supaya nggak rewel," ucapnya.
"Karena pertanyaan-pertanyaan mereka sangat awam dan kitanya harus ngerti bisa dijawab apa nggak," ujar Diding Boneng.
(pus/doc)