"Balik lagi kan realistis, pada akhirnya orang akan berpikir realistis. Mungkin waktunya Bojes untuk bermusik lagi, menghabiskan waktu di studio, membuat lagu, dan segala macam itu kayaknya sudah hampir nggak ada. Jadi gimana caranya sekarang orang kan bertahan hidup," ungkap Bojes kepada detikcom, di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Cowok yang penampilannya tak banyak berubah sejak 15 tahun setelah menyandang juara tiga AFI itu, berpikir bagaimana dia bisa terus melanjutkan kehidupannya dan menghasilkan sesuatu. Bojes juga sempat menjadi penyanyi cafe.
"Otomatis kan kita survive ya kerja apapun itu. Pada waktu Bojes tak buat karya, sudah keluar dari label, Bojes juga sempat main di beberapa tempat, beberapa cafe di daerah Jakarta Selatan, dan akhirnya itu pun belum cukup buat Bojes. Akhirnya mikir apa ya, ah jualan, pertama jualan sushi," ceritanya.
"Waktu itu almarhum ibu Bojes pintar buat sushi, pada akhirnya kita buat usaha keluarga, lebih tepatnya usaha ibu saya. Saya yang mengeloloa, dari situ saya belajar oh gini toh caranya, ternyata buat gini harus ada SOP nya. Baru akhirnya Bojes senang passionnya di sini," imbuh Bojes.
Setelah sang bunda meninggal pada tahun 2011, usaha sushi yang digeluti Bojes harus tutup. Pada saat itu Bojes merasa masih banyak ilmu berbisnis yang harus dia pelajari.
Usaha roti bakar pun pernah dia coba. Sekarang, Bojes mempunyai cafe yang dinamai Rockstar Coffee di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
"Ya menikmati. Di sini Bojes bisa bermusik, menghibur orang, bisa juga bisnis. Di sini ada alat-alat musik, Bojes main di sini, nyanyi," bebernya.
(pus/tia)