Mengenang Djaduk Ferianto: Seniman Serbabisa yang Tetap Tinggal di Jogja

Mengenang Djaduk Ferianto: Seniman Serbabisa yang Tetap Tinggal di Jogja

Niken Widya Yunita - detikHot
Rabu, 13 Nov 2019 12:22 WIB
Djaduk Ferianto (Foto: dok. Instagram)
Jakarta - Seniman Djaduk Ferianto tutup usia. Dia meninggal pada Rabu (13/11/2019) pukul 02.30 WIB.

Kabar meninggalnya Djaduk dikabarkan oleh kakaknya, seniman Butet Kertaradjasa, melalui akun Instagram pribadinya @masbutet, hari ini.

"RIP. Djaduk Ferianto," tulis Butet pada postingan instagram-nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut profil Djaduk:



1. Putra Bagong Kussudiardja

Pemilik nama asli Gregorius Djaduk Ferianto adalah putra dari pasangan Bagong Kussudiardja dan Soetina. Bagong Kussudiardja adalah seorang koreografer dan pelukis senior. Karyanya telah banyak dikenal baik di dalam maupun di luar negeri.

2. Pernah Bercita-cita Jadi Dalang

Pria kelahiran Yogyakarta pada 19 Juli 1964 itu pernah bercita-cita menjadi dalang. Dia pun sempat belajar mendalang dan dia selalu ditemani radio yang menyiarkan pertunjukan wayang dan buku wayang.

3. Seniman Serbabisa

Biografi Djaduk Ferianto berikutnya yakni menamatkan pendidikannya di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Yogyakarta. Dia semasa hidupnya dikenal sebagai seniman serbabisa.

Dia adalah seorang aktor, sutradara, musisi, dan pemain teater. Djaduk pernah mendirikan Kelompok Rheze yang tahun 1978 pernah dinobatkan sebagai juara I Musik Humor tingkat nasional, mendirikan kelompok musik kreatif Wathathitha. Pada 1995, bersama Butet Kertaradjasa dan Purwanto, ia mendirikan kelompok kesenian Kua Etnika, yang merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern. Pada 1997, Djaduk mengolah musik keroncong dengan mendirikan Orkes Sinten Remen.

4. Main di Petualangan Sherina

Djaduk pernah bermain dalam film Petualangan Sherina. Dia memainkan peran antagonis sebagai Kertarejasa yang memerintahkan para penculik yang dimainkan Butet Kertaredjasa menculik Sadam (Derby Romero) dan Sherina.




5. Tetap Tinggal di Jogja

Djaduk mengalami diskriminasi seniman lokal dan nasional sejak 1979. Dia baru bisa masuk industri (nasional) tahun 1996, setelah muncul di acara Dua Warna di sebuah stasiun televisi.

Meski Djaduk banyak menerima job tingkat nasional, ia tetap bertahan sebagai orang lokal. Djaduk dan kelompoknya tetap berada dan berdomisili di Yogyakarta.

6. Meninggal karena Serangan Jantung

Djaduk Ferianto meninggal karena serangan jantung. Selama ini Djaduk tidak pernah mengeluh sakit jantung.

Djaduk sempat dirawat intensif di rumah sakit gegara serangan jantung. Setelah dirawat intensif kondisi Djaduk membaik.

Sebelum meninggal, Djaduk sebenarnya tengah mempersiapkan acara Ngayogjazz. Acara Ngayogjazz digelar pada 16 November 2019. Dua hari sebelum kepergiannya, Djaduk mengunggah update persiapan acara Ngayogjazz di Instagram-nya.

Rencananya Djaduk akan dimakamkan di makam keluarga Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.


(nwy/lus)

Hide Ads