Sejatinya film ini menggambarkan kehidupan seorang penari lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin. Tokoh utamanya, Juno, dikisahkan dalam tiga masa: kecil (diperankan Raditya Evandara), remaja (Muhammad Khan), dan dewasa (Rianto).
Garin menolak anggapan bahwa film ini mengampanyekan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Lembaga Sensor Film pun telah meluluskan film ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutradara kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 itu menyebut Rianto, penari Lengger yang telah mendunia sebagai salah satu inspirasi film Kucumbu Tubuh Indahku. Ia lantas membandingkan sikap masyarakat terhadap film Bohemian Rhapsodhy yang berkisah tentang vokalis Freddi Mercury bersama grup bandnya, Queen.
"Masyarakat kita seringkali munafik, Bohemian Rhapsody boleh beredar di mana-mana tapi yang ini (Kucumbu tubuh indahku) malah diboikot," kata Garin masygul.
Lengger merupakan kesenian yang ditarikan lelaki dengan berdandan ala perempuan. Kesenian ini sudah hadir di tengah masyarakat Banyumas sejak lama dan tercatat dalam Serat Centhini pada 1814.
Film ini menyabet enam penghargaan internasional pada 2018, antara lain Best Cultural Diversity Award dari Unesco dalam Asia Pasific Screen Awards di Australia dan di Venice Independent Film Critic, Italia. Film ini juga sudah diputar di 31 festival film internasional di berbagai negara.
Selengkapnya saksikan Blak-blakan Garin Nugroho bicara Kontroversi 'Kucumbu Tubuh Indahku' di detikcom. (erd/nkn)