Keluar masuk rumah sakit sejak operasi usus buntu, Fay Nabila kini akhirnya dibawa ke Surabaya. Saat Fay akan dioperasi di Jakarta sang bunda kala itu masih berada di Surabaya.
Belum sempat sang bunda datang, rumah sakit sudah meminta Fay Nabila dilakukan tindakan operasi. Bahkan rumah sakit sudah mengeluarkan nilai yang harus dibayarkan.
"Gini, awalnya kan ke rumah sakit yang bawa kan orang lain, posisi saya masih di Surabaya. Itu di UGD langsung minta dioperasi. Diminta mengenai biaya segitu kan saya masih bingung lah. Saya nggak ada kalau uang segitu, hampir Rp 50 juta," cerita Ibunda Fay Nabilla, Betty, dihubungi detikHOT, Kamis (2/8/2018).
"Saya masih mikir-mikir mau cari rumah sakit yang masih bisa terjangkau. Dia nawarin ada paket yang lebih rendah Rp 35 juta. Kalau nggak dioperasi sekarang takutnya besok pecah gitu. Kalau pecah kan aku juga bingung, usus buntu pecah banyakan nggak tertolong. Akhirnya yaudah deh saya ambil Rp 35 juta," lanjutnya.
Untuk dilakukan operasi tersebut, sang bunda harus membayar setidaknya 70 persen dari total seluruh biaya operasi. Sang bunda pun sudah meminta agar tidak dilakukan tindakan apapun sampai dirinya datang ke Jakarta.
"Saya bayarnya sebagian saya ada uang 25 juta. Saya harus laporan ke bapaknya di Surabaya. Dia di UGD saya baru berangkat ke Jakarta. Saya bilang jangan diapa-apain dulu sampai saya datang. Ternyata terakhir-terakhir saya bayar banyak segitu," ungkapnya.
Soal BPJS sang bunda melihat dari banyaknya biaya yang dikeluarkan saat di rumah sakit di Jakarta. Akan tetapi, 10 hari kemudian setelah keluar dari rumah sakit pasca operasi Fay Nabila kembali drop.
"Soal BPJS ini itu kan yang mahal itu. 10 hari kemudian di lokasi syuting drop lagi. Di situ saya tahu rumah sakit yang bagus. Memang rumah sakit itu nggak ada BPJS dari pertama kali pemerintah itu kan wajib kita ikut. Ya nggak apa-apa sih, cuma di situ leukositnya 16 ribu. Pas datang ke rumah sakit yang ada BPJS-nya langsung dikasih obat yang satu bulan itu," tuturnya.

Awalnya memang ibunda Fay Nabila, Betty, agak ragu menggunakan BPJS. Akan tetapi sang bunda berpikir di rawat di rumah sakit mahal saja penyakitnya masih tetap ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berpikirnya gini, dirawat di rumah sakit yang bayarannya mahal banget, tapi penyakitnya masih ada. Bayar mahal tidak menjamin kualitas, akhirnya kami menggunakan BPJS. Di Surabaya masuk rumah sakit yang BPJS tetap aja nggak bayar. Awalnya nggak ah. Ternyata mahal pun nggak jamin sembuh total. Sekarang BPJS pikirannya rumah sakit kumuh lah, nggak kok, rumah sakit sekarnag bagus-bagus," tegas Ibuda Fay Nabila.