Randy dan kekasihnya pun hanya dua kali bertemu dalam setahun. Menjalani LDR (long distance relationship), membuatnya belajar untuk lebih setia.
"Wah berat. Godaan apa tuh. Yang pasti beratnya ya karena kita nggak bisa ketemu, cuma video call sehari dua kali kayak minum obat, pagi dan malam. Karena beda jamnya itu 12 jam. Dan dia sendiri kan di sana kerja. Di Kanada. Kalau musim salju bedanya 13 jam. Jadi sebelum dia kerja, itu malamnya sini, kita video call. Nanti pas saya pagi, dia sudah pulang kerja kita bisa video call lagi," cerita Randy di Gedung MD, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (26/4/2018) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerap kali menemukan godaan, tapi ia berusaha sekuat mungkin dengan fokus ke pekerjaan. Meski dirinya sangat rindu dengan kekasihnya tersebut.
"Godaan pasti ada sih kayaknya semua pernah mengalami ya. Godaan pasti ada, sekarang jangankan gue, dari teman-teman juga pasti ada kan di kantor, mau di mana pun, di tempat syuting, di kalangan tempat kita bergaul pun godaan pasti ada. Itu semua kembali ke kitanya mau gimana. Mau kebawa atau kita mau fokus. Lebih kayak menghindari sih," bebernya.
Mantap berpacaran dengan bule, Randy mengaku tak ada masalah. Yang terpenting adalah kecocokannya dan kini ia tengah menjalani hubungan tersebut dengan serius.
"Gue nggak masalah rasisme ya jadi sama siapa saja cocok karena kan kecocokan itu kan kita nggak bisa ngeliat 'Oh sama orang luar harus cocok' kan nggak bisa, itu kembali sama masing-masing, dan kebetulan, sekarang kekurangannya harus long distance, tapi secara pribadi masing-masing nemu kecocokannya, jadi ya jalanin saja, karena belum tentu kita akan dapat lagi yang cocok. Begitu dapat ya sudah," pungkas Randy Pangalila.
(fbr/mau)