Mantan personel AB Three itu langsung menyoroti sulitnya mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) di sana. Ia bahkan harus melewati enam kali tes guna memiliki lisensi tersebut.
"Waktu itu dapat SIM susah banget. Saya ikut tes SIM itu 6 kali baru saya dapat. Bayangin saja saya nyetir sudah puluhan tahun di Jakarta dan baru bisa dapat SIM Australia itu setelah tiga kali tes teori, jadi yang pertama, kedua gagal, enem kali tes praktek yang keenam baru lulus," cerita Lusy Rahmawati, saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta, Rabu (7/6/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi di sana itu istilahnya kalau ada satu orang Indonesia, jadi pas saya datang, eh mba Lusy di sini iya saya mau bikin SIM. Mas tolongin dong mas. Kagak ada dia mau nolongin saya. Tetap harus berdasarkan prosedur. Jadi di sana peraturannya kita bisa uji coba lagi setelah 2 minggu. Jadi mesti nunggu 2 minggu baru bisa tes lagi. Nggak ada calo juga. Setiap tes 100 dollar," tutur Lusy Rahmawati.
Peraturan mengemudi di Australia juga dirasakan berbeda oleh ibu lima anak ini. Ia merasa mengemudikan mobil dengan penuh kehati-hatian.
"Dari peraturannya beda. Nyetir di sana itu kalau ditulis speed 70 Km/jam bener-bener maksimal 70 Km/jam nggak boleh lebih dari itu. Terus kita bener-bener aware sama semua rambu lalu lintas yang di kiri, kanan, di bawah. Dan di sana banyak kamera kan, jadi kalau kita ngelanggar. Belum lagi kalau ngelewatin daerah yang ada sekolahnya, itu ada signal jam-jam tertentu nggak boleh lebih dari 40 Km/jam. Mau sepi mau apa, cuma boleh 40 Km/jam," kisah Lusy Rahmawati.
(mau/nu2)