Star Syndrome Bawa Dany 'Java Jive' ke Dunia Hedonis dan Narkoba

Star Syndrome Bawa Dany 'Java Jive' ke Dunia Hedonis dan Narkoba

Desi Puspasari - detikHot
Senin, 29 Mei 2017 16:37 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Menjadi artis, punya nama dan terkenal ternyata tidak selalu membawa kebahagiaan. Cerita vokalis Java Jive, Dany memperlihatkan bagaimana dia terjerumus ke lembah hitam karena ketenaran.

Selama bulan Ramadan detikHOT akan membawa kisah Hijrah Artis. Kali ini, Senin (29/5/2017) Hijrah Selebriti akan membahas kisah kehidupan Dany 'Java Jive' atau dikenal dengan Danny Spreet.

Tonton video Hijrah Artis Dany Spreet di 20detik:



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun 1993 menjadi awal karier Danny bersama Java Jive di industri musik Indonesia. Dari tahun 1993 hingga 1995, Java Jive telah menelurkan dua album. Hasilnya sangat memuaskan. Dari situlah kehidupan Danny dan rekan sejawatnya, Capung, Noey, Tony, Edwin, dan Fatur dimulai.

"Nah, tahun 1995 itu mulailah kami mendapat segala fasilitas kami masuk ke dalam lingkungan tertentu yang hedonis. Pada saat itu sih merasanya ya biasa aja. Ini bonus dari profesi kita sebagai publik figur," ungkap Danny bercerita kepada detikHOT, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Ternyata, meniti karier dari sebagai band cafe hingga masuk dapur rekaman dan sukses membuat Dany bersama kawan-kawannya lupa diri. Mereka pun tidak merasa dan mengetahui kalau mereka sedang lupa diri.

"Kita pun pada saat itu tidak tahu kalau kita sedang lupa diri, sedang star syndrome gitu," kata Dany.

"Dua tahun kemudian, 1997 ada album tiga. Kemudian 2000 ada album keempat. Dimulai dari album tiga itu udah mulai gonjang-ganjing, oleng. Album keempat itu puncak-puncaknya tuh kita nggak benarlah," ingat Danny pada masa-masa itu.

Star Syndrome Bawa Danny 'Java Jive' ke Dunia Hedonis dan NarkobaDany Spreet sempat tak sadar sedang terkena star syndrome Foto: Grandyos Zafna

Segala kemudahan dan fasilitas yang didapat Dany bersama Java Jive ternyata menjadi 'neraka'. Meski awalnya sangat anti dengan zat adiktif dan alkohol akhirnya pada tajun 1999 Danny terbawa rayuan obat-obatan tersebut.

"Bodohnya saya, karena nggak tahu, ternyata ini ada sesuatu yang (membuat kita seperti) gembira," jelas Dany 'Java Jive'.

"Karena saya publik figur, semua itu fasilitas, kemudahan, kita gaul ke mana-mana juga mudah. Kita masuk ke tempat-tempat orang harus pakai akses tertentu, ngantri apa, kita sih ya masuk dengan leluasa. Termasuk memperoleh obat-obatan," pungkasnya.

(pus/ken)

Hide Ads