"Kalau saya minta dinafkahi sekarang, saya umurnya udah segini. Saya sekarang jadi guru, mengajar, seniman. Istilahnya saya mengawalinya nggak gampang. Yaudah, saya nggak pernah sekalipun mengeluh atau mengemis. Ini urusannya udah saya aja," kata Ario kepada detikHOT.
"Saya nggak minta macam-macam. Apa yang saya minta yaitu, pengakuan. Simple. Saya ini lahir dari seorang ayah dan ibu, saya tahu ibu saya siapa, ayah saya siapa. Saya sadar betul, ayah saya siapa, saya main sama dia dan baru sekian tahun statement itu (tak diakui) keluar. Entah kenapa," ucapnya heran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jujur nama baik saya jadi agak gimana. saya nggak minta macam-macam, setahu saya, ayah saya ya beliau, ibu saya ya ini. Cukup. Saya tidak pernah tahu kalau ada adik-adik saya. Apapun yang terjadi nggak usah ngomongin agama atau hukum," ucapnya.
Sementara itu Mario merasa kalau Ario bukan anak-anak lagi dan tak sepatutnya mencitrakan diri sebagai anak yang ditelantarkan. Dia mengakui sempat bertemu Ario 13 tahun lalu.
"(Dia) Sudah bapak-bapak, memasuki usia 31 tahun. Setelah ulang tahun 17, saya bertemu dengan Ario. Saya panggil Ario karena dia menolak dipanggil Ario, dia memilih Kis sebagai panggilannya. Dia memilih itu bertahun-tahun. Entah kenapa sekarang dia pakai Ario Kiswinar Teguh. Tapi setelah usia 17 tahun, saya beritahu ibunya (ingin meminta tes DNA). Karena bertahun-tahun saya tersiksa dengan ungkapan ibunya bahwa dia bukan anakmu. Saya minta tes DNA tidak setuju. Karena dia masih di bawah umur. Setelah 17 tahun, saya meminta izin," ucap Mario saat memberi klarifikasi di acara televisi di Kompas TV. (ich/ich)











































