Bagaimana Reaksi Istana yang Sebenarnya Saat Mendengar Kematian Putri Diana?

Bagaimana Reaksi Istana yang Sebenarnya Saat Mendengar Kematian Putri Diana?

- detikHot
Rabu, 24 Sep 2014 11:45 WIB
Bagaimana Reaksi Istana yang Sebenarnya Saat Mendengar Kematian Putri Diana?
Jakarta - Tujuh belas tahun lalu dunia dirundung duka yang mendalam atas berita kematian Putri Diana yang sangat dicintai publik. Namun hingga kini tak ada yang tahu bagaimana reaksi istana yang sebenarnya ketika kabar tersebut sampai di telinga mereka.

Tak ada yang tahu hingga sepenggal cerita dari buku Dickie Arbiter, mantan humas kerajaan, dirilis oleh situs berita Daily Mail. Beragam reaksi mengejutkan diceritakan kembali olehnya.

Di tengah duka yang mendalam, pihak istana kala itu berselisih mengenai bendera. Pihak istana Buckingham awalnya menolak untuk mengibarkan bendera setengah tiang.

Hal tersebut dinilai Dickie sebagai sebuah perlakuan yang sangat tidak hormat kepada seorang anggota kerajaan, walaupun kala itu keretakan rumah tangganya dengan Pangeran Charles telah diketahui dunia.

"Dengan Yang Mulia berada di Balmoreal, sama sekali tak ada bendera diterbangkan di atas istana. Memang adatnya Royal Standard dikibarkan hanya ketika raja ada di kediamannya," tulisnya.

"Haruskah kita menerbangkan bendera setengah tiang ketika seharusnya tak boleh ada bendera diterbangkan sama sekali? Pasang bendera negara ketika seharusnya Royal Standard yang dikibarkan? Atau membiarkan tiang bendera kosong? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada dini hari 31 Agustus 1997. Tak ada seorang pun yang mampu menjawab," sambungnya.

Lima hari adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan mengenai masalah bendera. Pihak istana akhirnya setuju untuk mengibarkan bendera negara setengah tiang di istana. Penundaan tersebut lantas memicu kemarahan publik.

Kala itu Dickie merasa marah pada Diana. Dalam bukunya, ia mengungkapkan kemarahan tersebut disebabkan oleh kecerobohan sang mendiang putri dan bodyguard yang tak mengingatkannya untuk mengenakan sabuk pengaman.

Namun rasa marah tersebut beralih menjadi rasa iba ketika ia tahu tak satu pun keluarga kerajaan mengunjungi dan memberikan penghormatan pada sang putri.

"Mengapa tak ada satu pun anggota keluarga kerajaan yang memberikan penghormatan pada Putri di Chapel Royal? Kenapa tak ada satu pun dari mereka yang menandatangani buku belasungkawa? Aku memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini sendiri," ungkap Dickie.

Kala itu Dickie mengungkapkan dirinya harus berulang kali mendesak Pangeran Edward untuk menandatangani buku belasungkawa.

"Selamat pagi, Sir. Apakah Anda akan pergi bekerja hari ini? Karena jika iya, maka saya menyarankan Anda untuk pergi ke Istana St James dan menandatangani buku belasungkawa," ujar Dickie kala itu. Namun jawaban sang pangeran membuatnya sedikit kecewa.

"Er.. aku tak yakin. Aku harus mengerjakan banyak hal. Ah, tapi apakah banyak orang yang akan melihatku?"

Sudah sewajarnya, lebih banyak media dan paparazi yang datang lebih dari biasanya. Keengganan sang pangeran dinilai Dickie didasarkan pada ketakutan. Dengan berbagai macam perselisihan yang terjadi di lingkungan kerajaan kala itu, Edward merasa takut akan reaksi publik.

Tak hanya itu, Dickie juga mengungkapkan sedikit percakapan yang ia lakukan dengan jasad Diana di Chapel Royal yang sepi. Sang mantan humas membicarakan hal-hal indah dengan sang putri dan rasa terima kasihnya karena Diana telah berbuat baik pada keluarganya.

"Di Chapel Royal yang sepi, aku berterimakasih padanya karena baik pada putriku, Victoria, saat dirinya masih ada di sini dan ketika ia harus pergi melanjutkan sekolah di Amerika. Aku berterimakasih untuk surat yang dituliskannya pada Victoria sepanjang waktu, bertanya tentang keadaannya," ungkap Dickie.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads