Banyak aktor muda yang datang silih berganti di industri hiburan kita. Ceritakan perjalanan kamu menjadi seorang aktor. Kapan kali pertama tahu bahwa menjadi aktor adalah keinginan kamu?
Dulu emang awalnya pertama kali terjun di dunia film gue nggak punya bayangan kalau gue akan berada di jalur ini. Karena dulu ketika gue pertama kali nyoba ikut-ikutan casting gue juga sedang asik sama band gue, dan gue waktu itu lagi sibuk kuliah jurusan advertising. Jadi pada saat itu yang gue bayangin adalah gue akan kerja di agensi advertising, atau mungkin jadi karyawan TV. Tadinya gue pikir bakal kayak gitu, sebelum gue mencoba ikut casting, dan pada akhirnya gue diterima di FTV pertama gue.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebetulan manajer gue yang sampe sekarang ini, dia punya manajemen artis, dia yang bikin gue yakin bahwa gue bisa kok (jadi aktor), karena gue juga nyaman sama dia. Akhirnya sampai sekarang pun gue tetep jalan sama dia, dia udah kayak abang gue, sahabat gue. Dia yang membuat gue yakin kalau gue bisa meskipun awalnya gue cuma dapet peran-peran kecil, tapi dia tetap support gue untuk selalu bersabar, dan yang pasti akan ada jalannya juga. Pas dunia akting ini gue jalanin seru juga, gue jadi bisa ketemu sama banyak orang.
Inget nggak peran pertama di FTV itu?
Gue jadi temannya Okan Cornelius, tapi nggak ada dialognya gitu, gue cuma muncul di belakangnya doang. Tapi, ketika menjalani itu gue yakin meskipun gue misalnya nggak bisa besar di dunia entertainment at least gue bisa membangun link di sini, gue bisa punya temen banyak, siapa tahu kan kali aja gue bisa dapet kerjaan juga dari sini. Namun sejalan dengan itu ternyata ada beberapa PH yang kemudian mempercayakan gue jadi pemeran utama di FTV-nya, terus gue main di beberapa sinetron juga. Dari situ gue juga banyak belajar. Ketika gue ketemu pemain-pemain yang lebih senior gue pengen tahu, gimana sih perjuangan mereka bisa survive di dunia ini. Gue menerima banyak masukan dari mereka. Banyak pelajaran juga yang gue dapet di antaranya dari Tio Pakusadewo, Surya Saputra, banyaklah.
Kamu memulai karier sebagai aktor dengan membintangi sejumlah FTV dan sinetron, kemudian main film layar lebar lewat 'Pintu Terlarang' sebagai peran pendukung. Apakah menjadi aktor film itu impian dari semula? Ataukah, awalnya sekedar ingin tenar aja dulu, masuk TV, dapat uang, dan lain sebagainya, apa sebenarnya yang terjadi?
Gue pada mulanya nggak pernah punya ambisi jadi seorang aktor. Ketika sekarang gue di sini ya gue jalani aja. Bayangan gue awalnya ya itu tadi, gue bakal kerja di dunia advertising, atau kalau ada kesempatan gue mungkin bisa buat bisnis sesuatu, so far gue jalanin aja dengan serius, alhamdulillah sih, sampai detik ini gue bersyukur. Sekarang sih tantangannya lebih kepada bagaimana gue mempertahankan ini dan selalu memberikan sesuatu yang baru.
Lebih menikmati berakting di film atau di televisi?
Hmm, dua-duanya punya tantangannya sendiri sih, sekarang gue nggak bisa bilang gue pengen (berakting) di film atau TV, di panggung pun gue mau. Gue pernah akting di atas panggung, sejauh ini udah dua kali.
Selepas bermain di film '?' garapan Hanung Bramantyo, kamu berturut-turut, hingga kini, selalu mendapatkan peran utama, jadi idola baru, terlebih sekarang juga membintangi banyak iklan, gimana menyikapi kesuksesan itu?
Sebenarnya yang lebih gue pikirin itu bagaimana caranya gue tetap mempertahankan dan selalu memberikan sesuatu yang terbaru dari diri gue. Tapi, dari proses yang udah gue jalanin justru gue tentunya sangat berterima kasih dengan apa yang gue raih sekarang, karena awalnya benar-benar nggak ada bayangan sama sekali. Ya, ketika gue udah punya tanggung jawab yang lebih (besar) pastinya gue harus bisa menjalankan tanggung jawab itu dengan benar.
Peran di 'Arisan! 2' sebagai Octa itu oke banget. Kala itu siap kalau jadi idola baru kaum gay ibukota?
Hmm, ya banyak yang bilang gitu sih sebenarnya. Pas gue mutusin mau ambil peran itu gue juga lumayan banyak nanya ke orang-orang. Mereka gak keberatan tapi juga masih berpikir tentang apa dampaknya buat diri gue ketika ngambil peran itu. Gue sendiri nggak takut ngambil peran itu, gue malah justru lebih takut kalau gue nggak berhasil memerankan si Octa. Ketika gue mendapatkan peran, gue pengen semua peran yang gue mainin itu beda-beda dari satu film ke film lainnya.
Dalam 'Arisan! 2' kamu juga menyanyikan salah satu lagu soundtrack-nya, keren juga. Kenapa nyanyinya nggak diseriusin?
Tadinya emang rencana pengen serius. Malah ada satu label yang udah ngajak kerja sama. Cuma karena sampai sekarang gue nggak bisa nyiptain lagu, gue udah mencoba tapi sejauh ini masih belum berhasil, gue jalanin aja dulu apa yang sekarang gue punya. Tapi mimpi gue menjadi penyanyi itu masih ada kok.
Setelah main sekilas di 'Pintu Terlarang', akhirnya jadi bintang utama di film Joko Anwar berikutnya, 'Modus Anomali'. Seberapa senang saat itu?
Agak nggak nyangka sih sebenarnya. Cuma itu kan semua melalui proses casting juga. Bangga juga pastinya bisa bermain di film salah seorang sutradara yang besar di negeri ini. Gue sih lebih memikirkan gimana caranya gue bermain dengan baik. Bahwa banyak media yang memberikan gue predikat aktor, itu sebenarnya berat juga. Nggak gampang lho untuk menjadi seorang aktor. Dan, predikat aktor itu, gue ngerasa kayaknya gue belum pantes aja untuk mendapatkan predikat itu.
Apa pelajaran terpenting dari bekerja bareng para sutradara sepanjang karier berakting?
Banyak banget sih. Yang ngebentuk diri gue sekarang kurang lebih dari para sutradara itu juga, dan setiap sutradara kan punya treatment-nya masing-masing, punya caranya mereka masing-masing. Pokoknya setiap masuk ke dalam proyek baru ya pastinya gue memposisikan diri gue sebagai orang baru.
Apa hal paling aneh yang pernah diminta dari sebuah peran?
'Arisan! 2' ya, 'Modus Anomali', hampir semuanya sih. Menjadi pelatih bola pun di film 'Garuda di Dadaku 2' gue harus mengetahui tentang sepak bola. Dalam 'Arisan! 2' gue harus mengetahui bagaimana pemikiran kaum gay itu sendiri. Menjadi pembunuh di 'Modus Anomali' gue harus cari tahu secara psikologis kenapa dia harus melakukan pembunuhan itu misalnya.
Apa hal baru yang sekarang baru kamu tahu, yang kamu harapkan banget kamu ketahui sedari dulu ketika memulai karier sebagai aktor?
Bukannya harusnya tahu sih, tapi harusnya belajar, karena menurut gue nggak ada yang instan, semuanya butuh proses. Ketika membangun sebuah karakter pun itu adalah proses dari observasi. Ada beberapa proses yang gue jalani ketika gue menjadi si karakter, proses reading, proses ini, proses itu, itu adalah hal-hal yang membantu gue untuk membangun sebuah karakter. Kadang-kadang kalau dulu gue bermain ya udah sekedarnya aja, gue nggak mengalami proses-proses itu tadi, menurut gue proses itulah yang membuat gue jadi lebih dewasa dan lebih bisa membuat gue rileks untuk memainkan sebuah karakter.
(mmu/mmu)