"Bayangin, gue pernah nggak dianggap, dikucilin dan nggak dikasih tugas. Gue sampai sekarang nggak tahu itu salah apa. Sakit banget sampai sekarang," katanya. Mengenang masa pahit itu membuat Jeremy tak mampu lagi membendung airmatanya. Ia sampai menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Bayangin, gue sampai harus menawar-nawarkan diri segala minta kerjaan, gue kayak sampah aja rasanya. Sakit banget sampai sekarang," ujarnya memberikan penekanan yang dalam pada kata 'sakit'. Ia masih sibuk berusaha menyeka airmatanya yang tumpah di pipi dengan tisu. Lalu, ia minta maaf.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang jelas, pengucilan yang terjadi kala itu tak membuat pria kelahiran 31 Maret 1968 itu kehilangan asa. Berusaha bertahan di tengah tekanan berat yang diterimanya, ia pun rela "melacurkan diri", menawarkan bantuan agar ada yang dikerjakannya.
Tak cukup membuahkan hasil, Jeremy pun berinisiatif untuk membuat dan merencanakan liputan sendiri. Ia pun pergi bersama seorang kameramen meliput acara Sea Games di Vietnam.
"Ketika gue kembali, mereka bilang gue berhasil karena bisa mengalahkan TV tetangga yang bawa krunya banyak tapi berita gue lebih banyak. Gue sehari bisa 6 berita karena gue bagi-bagi tugas dengan rekan-rekan lain di sana," kenangnya.
Masa-masa pahit itu kini sudah berhasil Jeremy lalui. Anak ke 3 dari 6 bersaudara itu pun menekankan, sabar dan berjuang adalah kunci mengatasi tekanan.
"Kalau nggak sabar ya gue mungkin udah keluar dari zaman dulu. Gue orangnya bukan yang suka loncat sana-sini. Males gue menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Orde apapun udah gue lewatin semua, yang pahit manis susah," jelasnya.
"Orang mungkin hanya lihat gue muncul di TV, tapi nggak ada yang tahu gimana prosesnya gue berjibaku di dalam. Harus meyakinkan bos, meyakinkan semua orang biar seneng sama kita," sambungnya, sekaligus menutup perbincangan malam itu.
(bar/mmu)