Serial Gadis Kretek yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ratih Kumala resmi tayang di Netflix. Diproduksi oleh BASE Entertainment, Gadis Kretek menjadi serial yang paling dinanti di penghujung 2023.
Dian Sastrowardoyo pun didaulat berperan sebagai karakter utama yakni Dasiah atau Jeng Yah dalam Gadis Kretek. Dalam ceritanya, hanya satu mimpi Jeng Yah yakni menjadi peracik saus kretek nomor satu, meski terhalang karena ia adalah seorang perempuan.
Di balik karakter Jeng Yah yang membumi, ada cerita tersendiri mengenai asal muasal nama tersebut yang dibuat oleh Ratih Kumala. Kepada detikcom, novelis Larutan Senja itu menceritakannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya nama Jeng Yah itu terinspirasi oleh nama ibuku. Nama belakang ibuku itu ada kata 'Yah'-nya," katanya ketika diwawancarai detikcom di kawasan ICE BSD, Tangerang, belum lama.
Panggilan kata Yah ternyata juga disematkan kepada setiap saudara perempuan yang ada di dalam keluarganya tersebut.
"Ada akhiran kata 'Yah' semuanya, dan cerita ini saya tulis untuk memberikan tribute kepada ibu saya dan semua anak perempuan yang ada di keluarga kami," ucap Ratih Kumala.
![]() |
Cerita mengenai Gadis Kretek merupakan kisah yang berasal dari keluarga Ratih Kumala di Jawa Tengah. Dahulu kala, keluarganya pernah memiliki usaha rumahan kretek dan cerita mengenai kretek itu turun temurun diceritakan.
Meski usahanya tak lagi ada, Ratih Kumala harus menelisik ulang ke dalam sejarah keluarganya. Dia pun kembali bertanya kepada ibunya, pakde, dan bude di kampung halamannya.
"Cerita-cerita itu yang sebetulnya aku dapat dari aku kecil, yang bikin aku terbengong dan terkagum-kagum itu sebenarnya bukan rokoknya. Tapi cerita yang berada di sekitar rokok itu. Sedangkan kretek sendiri kemudian menjadi tools atau alat yang membawa cerita ini semua mengalir," jelas Ratih.
"Ini kan cerita yang menceritakan orang-orang yang ada di industri kretek. Ya, tentu saja kretek disebut-sebut karena memang itulah yang diproduksi, dan aku sebagai pengamat dan non-perokok aku menceritakan hal itu secara sederhana," katanya lagi.
Gadis Kretek bukan sembarang kisah roman picisan belaka. Bermula dari cerita Pak Raja yang sekarat dan memanggil seseorang yang bukan istrinya. Nama Jeng Yah disebutkannya jelang ajal menanti.
Kisah bergulir, seluk beluk mengenai pendirian Kretek Djagad Raya sampai tiga orang ahli waris yang tak berkutik dengan permintaan Pak Raja diceritakan dengan detail oleh Ratih Kumala.
Novel Gadis Kretek yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2012 dan menjadi karya yang masuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa di tahun yang sama. Sejak diterbitkan hingga saat ini Gadis Kretek telah dicetak 10 kali.
Pada 2019, Ratih Kumala juga mempresentasikan Gadis Kretek di depan forum penerbit dan penulis di Beijing International Book Fair. Novel ini pun sukses diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Inggris, Arab, dan tahun ini bakal terbit di tiga negara Asia yakni Filipina, Thailand, dan Malaysia.
(tia/dar)