.webp)
Novel Laksmi Pamuntjak yang berjudul Fall Baby masuk nominasi daftar pendek di ajang Singapore Book Awards 2020. Karya yang terbit awal Desember 2019 sukses dinominasikan untuk kategori karya sastra terbaik dan sampul terbaik.
Laksmi Pamuntjak mengumumkan kabar bahagia tersebut lewat akun Instagram pribadi. "Ini merupakan penghargaan tahunan bagi buku terbaik yang terbit di Singapore-sebuah testamen bagi para penerbit. Tapi saya tersanjung," tulis @laksmiwriters, seperti dilihat detikcom, Selasa (7/7/2020).
Fall Baby merupakan sekuel novel Amba yang diterbitkan oleh Penguin Random House SEA. Saat peluncuran akhir tahun 2019, Laksmi menceritakan alasan memakai judul Fall Baby.
Suatu hari Laksmi menceritakan suatu hari ia sedang jalan-jalan bersama temannya di Berlin ketika musim gugur. Melihat daun-daun berguguran, ide untuk judul buku pun menjadi 'fall'.
"Gimana kalau judul buku kamu 'Fall Baby' aja. Kata 'baby' kan bisa berarti lover, kekasih, sayang, tapi juga bisa bayi dan makna itu simbolis sekali. Tentang Srikandi atau Siri yang diadopsi, baru dikasih tahu pas usia 50 tahun," kata Laksmi usai peluncuran novel 'Fall Baby' di Kinokuniya, Plaza Senayan.
Novel Fall Baby awalnya diterbitkan oleh penerbit Jerman, Ullstein Verlag pada September 2018 dengan judul 'Herbstkind'.
 Novel Laksmi Pamuntjak berjudul Fall Baby masuk daftar pendek Singapore Book Awards 2020 Foto: Laksmi Pamuntjak (Tia Agnes/detikcom) |
Setahun berikutnya, novelnya diterbitkan dalam bahasa Inggris di ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2019. Pada 19 November 2019, novelnya diperkenalkan di Australia.
Lewat novel Fall Baby atau sekuel Amba, Laksmi Pamuntjak ingin menyampaikan sosok perempuan yang berani pada pembacanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perempuan yang berani menjadikan dirinya sebagai subyek dari kisah hidupnya sendiri. Perempuan yang merasa merdeka, independen, dan punya pendapatnya sendiri," katanya.
Novel Fall Baby menceritakan tentang dua perempuan bernama Srikandi atau Siri dan Dara. Satu perempuan merupakan perupa internasional dan satunya lagi adalah aktivis hak asasi manusia.
Ketika Siri baru saja menata ulang hidupnya sebagai seorang perupa di Berlin, sebuah berita tak terduga membuatnya meninggalkan segalanya dan kembali ke Jakarta.
Tiba di Jakarta, Siri harus memaknai ulang hubungan bersama ibunya, Amba. Serta mantan sahabatnya Dara, dan anak tirinya Amalia. Termasuk juga menghadapi jalin-kelindan kompleks antara seni rupa yang ia lakoni, dengan agama, politik, dan sejarah.
(tia/srs)
