Trending Twitter sejak pagi tadi diwarnai oleh #67tahunCakNun. Hari ini pria bernama lengkap Emha Ainun Nadjib berulang tahun yang ke-67.
Cak Nun tak hanya dikenal sebagai kyai, tokoh intelektual muslim Indonesia maupun pendakwah. Cak Nun juga menuangkan pikiran-pikirannya lewat sebuah karya buku.
Buku-bukunya kini diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Mari mengenang kembali 3 buku yang ditulis oleh Cak Nun, di antaranya:
1. Lockdown 309 Tahun
Saat pandemi Corona, Cak Nun tak berhenti menulis. Ia menerbitkan buku berjudul 'Lockdown 309 Tahun' yang terbit akhir April lalu.
Selama masa pandemi, Cak Nun menulis lebih dari 80 artikel untuk dipublikasikan. Dilansir dari akun Instagram @pustakacaknun, buku ini membuka ruang untuk berbagi kegelisahan dan refleksi atas munculnya pandemi yang menguasai dunia.
![]() |
2. Sinau Bareng Markesot
Pada November 2019, Cak Nun merilis buku 'Sinau Bareng Markesot'. 'Sinau Bareng Markesot' mengungkapkan penafsiran ayat Al-Quran yang punya dimensi kontekstual di tiap esai-esai yang ditulisnya.
Ada 5 bagian yang terdiri dari 113 esai yang ada di dalam buku. Tak hanya soal agama, 'Sinau Bareng Markesot' memuat tafsiran Mbah Sot--sapaan akrab Markesot, tokoh sentral dalam buku ini. Yakni tentang kepemimpinan, pendidikan, budaya, Pancasila, dan kemanusiaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
3. Arus Bawah
Di antara buku non fiksi yang sarat dengan kajian Islam, Cak Nun juga menuliskan novel. Pada April 2019, Cak Nun menerbitkan novel 'Arus Bawah' tentang persoalan kebangsaan yang erat dengan Indonesia.
Cak Nun juga menggambarkan karakter tokoh punakawan khas Jawa. Ada Semar yang diceritakan sebagai penjaga keseimbangan, Gareng adalah rakyat biasa yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Lalu ada Petruk yang menggambarkan dirinya sendiri sebagai pengamat dan kerap tidak menanggapi ocehan Gareng.
(tia/tia)