JILF Jadikan Jakarta Percampuran Diskusi Sastra Internasional

JILF Jadikan Jakarta Percampuran Diskusi Sastra Internasional

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 21 Agu 2019 10:45 WIB
Foto: Eva Tobing/ DKJ
Jakarta - Jakarta International Literary Festival (JILF) resmi dibuka semalam dengan pidato kunci Adania Shibli. Menggandeng 55 penulis, 26 penerbit, dan 21 komunitas sastra, JILF mencoba menaikkan posisi Jakarta.

"Concern kami adalah membawa Jakarta jadi salah satu pusat percakapan atau pusat pemikiran terkait isu sastra global," tutur kurator Isyana Artharini saat diwawancarai detikHOT, Selasa (20/8/2019).

Menurut tim kurator, tema sentral 'Pagar' menghadirkan batasan-batasan dunia yang semakin lebur. "Kami merasanya tema ini adalah masalah-masalah yang ditemukan sebagai penulis Asia dan Afrika," katanya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Para penulis yang hadir di antaranya berasal dari Afrika Selatan, Botswana, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mauritius, Palestina, Singapura, Siprus, Somalia, Thailand, dan Turki.

JILF 2019 pun, lanjut Isyana, menempatkan Jakarta sebagai percampuran diskusi sastra internasional. Dengan tema-tema isu global tersebut, ia mengharapkan bisa punya solusi maupun diskusi yang menjawab segala isu.

 JILF Jadikan Jakarta Percampuran Diskusi Sastra Internasional JILF Jadikan Jakarta Percampuran Diskusi Sastra Internasional Foto: Eva Tobing/ DKJ


"Kami mengusung 'Pagar' seperti meredefinisikan ulang izin atau batas. Apa saja yang masuk ke dalam sastra dunia dan salah satu permasalahan besar, mengapa kita tidak membaca satu sama lain. Apa sih yang kita ketahui tentang sastra di Malaysia dan Singapura, apa sih artinya menembus pasar internasional," ungkapnya.

Sepanjang 20-24 Agustus 2019, JILF 2019 menggelar berbagai acara mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB. Tema-tema yang diangkat dalam 8 simposium diisi oleh Laura Prinsloo (Indonesia), Linda Christanty (Indonesia), Shenaz Patel (Mauritius), Oliver Precht (Jerman), Bejan Matur (Turki), Zainab Priya Dala (Afrika Selatan) hingga Saras Dewi (Indonesia).



(tia/dar)

Hide Ads