"Concern kami adalah membawa Jakarta jadi salah satu pusat percakapan atau pusat pemikiran terkait isu sastra global," tutur kurator Isyana Artharini saat diwawancarai detikHOT, Selasa (20/8/2019).
Menurut tim kurator, tema sentral 'Pagar' menghadirkan batasan-batasan dunia yang semakin lebur. "Kami merasanya tema ini adalah masalah-masalah yang ditemukan sebagai penulis Asia dan Afrika," katanya lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para penulis yang hadir di antaranya berasal dari Afrika Selatan, Botswana, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mauritius, Palestina, Singapura, Siprus, Somalia, Thailand, dan Turki.
JILF 2019 pun, lanjut Isyana, menempatkan Jakarta sebagai percampuran diskusi sastra internasional. Dengan tema-tema isu global tersebut, ia mengharapkan bisa punya solusi maupun diskusi yang menjawab segala isu.
![]() |
"Kami mengusung 'Pagar' seperti meredefinisikan ulang izin atau batas. Apa saja yang masuk ke dalam sastra dunia dan salah satu permasalahan besar, mengapa kita tidak membaca satu sama lain. Apa sih yang kita ketahui tentang sastra di Malaysia dan Singapura, apa sih artinya menembus pasar internasional," ungkapnya.
Sepanjang 20-24 Agustus 2019, JILF 2019 menggelar berbagai acara mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB. Tema-tema yang diangkat dalam 8 simposium diisi oleh Laura Prinsloo (Indonesia), Linda Christanty (Indonesia), Shenaz Patel (Mauritius), Oliver Precht (Jerman), Bejan Matur (Turki), Zainab Priya Dala (Afrika Selatan) hingga Saras Dewi (Indonesia).
(tia/dar)