"Setiap festival sastra punya cita rasa dan tantangan tersendiri. Kami membuatnya gimana festival sastra internasional ini jadi pembeda dengan festival sastra lainnya," ujar Plt Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing, saat malam pembukaan di Teater Jakarta, kompleks TIM, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2019).
Salah satu pembeda yang dimaksud Danton adalah digelarnya pasar hak cipta yang berlangsung sejak dibukanya hari pertama JILF. "Tadi sudah terjadi beberapa transaksi dan besok masih digelar di lobi Teater Kecil," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadirnya JILF pun diharap DKJ bisa memberikan pengalaman baru terhadap ruang kesenian yang ada. Namun juga asupan kognisi bagi warga Jakarta dan investasi dunia seni di masa mendatang.
"Singkatnya kami ingin mengubah dari pemarah ke ramah," singkatnya.
Direktur JILF, Yusi Avianto Pareanom menyambut antusias kepada pencinta buku, sastra, maupun masyarakat yang hadir di malam pembukaan.
"Menggagas festival dari tahun 2016, di proposal kami sudah bagus ternyata masih banyak kurang. Tahun ini alhamdulillah berhasil. Selamat berfestival dan bergembira," ucap penulis 'Raden Mandesia' tersebut.
Sepanjang 20-24 Agustus 2019 di kompleks TIM, para penulis yang hadir dari Afrika Selatan, Botswana, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mauritius, Palestina, Singapura, Siprus, Somalia, Thailand, dan Turki.
Serangkaian acara mulai dari simposium, bincang sastra dan penulis, malam, malam pembacaan karya, lab ekosistem sastra, pameran sastra liar era kolonial, pasar hak cipta buku, serta program pendukung lainnya.
(tia/kmb)