Penerjemah buku 'Bukan Perawan Maria', Antonia Soriente, menuturkan kelebihan dari buku kumpulan cerpen Feby.
"Saya kira cara Feby melihat Islam secara tidak dramatis dan relaksasi menjadi poin utama yg dilihat mahasiswa dalam diskusi," tuturnya ketika dihubungi detikHOT, belum lama ini.
Menurut porfesor bahasa dan sastra Indonesia yang tinggal lama di Indonesia, tokoh-tokoh dalam kumpulan cerpen 'Bukan Perawan Maria' diceritakan secara riil.
"Karakternya adalah orang riil yg membuat pertanyaan nyata yang perlu dijawab secara riil. Apakah memang bahasa di surga ialah Arab? Kenapa perempuan tidak dijanjikan 72 laki-laki yang gagah setelah masuk surga? Apakah di surga ada gay? Apakah untuk menjadi seorang Islam yang baik harus membatasi kemerdekaan sendiri atau orang lain seperti tokoh dalam 'Tanda Sujud' atau tokoh dalam tragedi Jumat siang?" ungkap Antonia.
Diskusi terbuka yang digelar Antonia bersama mahasiswa dan mahasiswi di Torino pekan ini, diakui dia, membuka tabir masyarakat Islam yang ada di Indonesia kepada pembaca Italia.
"Saya buat presentasi dengan satu kelompok membaca perempuan dan mereka senang sekali menemukan perempuan yang berani dan mandiri di antara halaman buku cantik ini," kata Antonia.
"Ilustrasi dalam juga luar biasa memarik, menandakan hubungan wanita dengan alam dan hewan-hewan," tukasnya.
Buku kumcer 'Bukan Perawan Maria' atau dalam bahasa Italia yang judulnya menjadi 'Non รจ mica la vergine Maria' memuat 19 cerita. Ada kisah seekor babi bernama Baby yang bercita-cita ingin masuk agama Islam.
Ada juga Maria yang hamil tanpa disetubuhi oleh pria. Serta cerita tentang seorang warga yang merencanakan ingin membunuh muazin. Feby pernah menceritakan kisah yang ditulisnya terinspirasi dari living Islam atau kehidupan sehari-hari maupun di sekitar masyarakat muslim. (tia/dar)