Lewat novel debutnya 'The Boy at the Back of the Class', ia memenangkan penghargaan bergengsi Waterstones di Inggris. Kisahnya pun sangat mengharukan tentang seorang ibu dan bayi Suriah yang ditemuinya di kamp pengungsi Calais, Prancis.
"Saat saya mengunjungi kamp pengungsi Calais, saya tidak bisa berhenti memikirkan Raehan dan segera saya pulih dari operasi dan bisa duduk lagi, kata-kata itu keluar begitu saja. Saya menghabiskan waktu untuk menulis selama 7 sampai 8 minggu," ujarnya dilansir dari Guardian, Senin (25/3/2019).
Novel 'The Boy at the Back of the Class' mengisahkan tentang seorang pengungsi berusia 9 tahun bernama Ahmet. Ia melarikan diri dari situasi perang yang ada di Suriah.
Ketika anak-anak di kelasnya mengetahui ia terpisah dari keluarga, mereka membuat rencana untuk membantu. Novel tersebut mengalahkan rival terkuat lainnya.
Dia pun mendedikasikan buku anak tersebut bagi jutaan anak-anak pengungsi di seluruh dunia. Mereka membutuhkan rumah yang aman dan penuh kasih saya.
"Sayangnya saya kehilangan kontak dengan mereka pada hari setelah saya bertemu Raehan. Ketika kami pergi, kami melihat polisi datang untuk menghancurkan perkemahan," lanjutnya.
Saat ini dia pun sedang menulis novel lainnya 'The Star Outside My Window' tentang kekerasan dalam rumah tangga.